UPAYA MENINGKATKAN RASA
CINTA TANAH AIR MELALUI PERMAINAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG DI TK BUDI MULYO 02
KEDUMULYO KECAMATAN SUKOLILO
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Nama : TRI ASTUTIK
NPM : 08261000
Jurusan : PG PAUD
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2012
UPAYA MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR MELALUI PERMAINAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG DI TK BUDI MULYO 02 KEDUMULYO KECAMATAN SUKOLILO
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Nama : TRI ASTUTIK
NPM : 08261000
Jurusan : PG PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2012
UPAYA MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR MELALUI PERMAINAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG DI TK BUDI MULYO 02 KEDUMULYO KECAMATAN SUKOLILO
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Nama : TRI ASTUTIK
NPM : 08261000
Jurusan : PG PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2012
UPAYA MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR MELALUI PERMAINAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG DI TK BUDI MULYO 02 KEDUMULYO KECAMATAN SUKOLILO
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Nama : TRI ASTUTIK
NPM : 08261000
Jurusan : PG PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa
Cinta Tanah Air perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini baik di PAUD Non
Formal, TK atau RA agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan sikap
dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari
penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan Indonesia karena peyimpangan-penyimpangan bukan hanya merugikan diri
sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara, serta mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya.
Karena
nilai-nilai kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan
negara. Hindarilah segala sesuatu yang dapat menyimpang dari nilai-nilai dan
norma-norma yang ada, terus maju dan bersatu meraih cita-cita bersama dengan
penuh rasa cinta kita terhadap bangsa.
Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak melalui Tema Tanah
Airku, misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia
Raya, dan mengucapkan Pancasila.
Kegiatan
lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas
budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan
miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan
pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat, mengenal
para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran. Bisa juga diintegrasikan
dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku, misalnya menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama,
menyanyangi sesama dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati
orang lain. Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta
tanah air.
Peningkatan
kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk
membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan
dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara
dalam kehidupan bermasyarakat. Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia merupakan sarat utama dalam mewujudkan nasionalisme
nasional. Dengan demikian, tidak pada tempatnya untuk mempersoalkan perbedaan suku,
agama, ras, budaya dan golongan. Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa
memiliki konsekuensi siap mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung
tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Tanpa adanya pengorbanan, mustahil
persatuan dan kesatuan dapat terwujud. Malah sebaliknya akan dapat menimbulkan
perpecahan. Inilah yang telah dibuktikan bangsa Indonesia dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan.
Beranjak
dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu untuk
meningkatkan rasa cinta tanah air melalui
permainan Cublak-Cublak Suweng. Pada penelitian ini, pelaksanaan perbaikan
terdiri dari 3 tahapan siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam setiap
siklusnya menggunakan kegiatan yang menarik.
B. Identifikasi Masalah
Dari
uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan yang timbul
pada pembelajaran Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui Metode
Bercerita Dongeng.
1.
Kegiatan pembelajaran di TK BHAKTI 02 Bumiayu
Kecamatan Wedarijaksa masih menekankan pada tujuan pengembangan
produk yang berupa prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi
kecerdasan anak didik yang dikedepankan.
2.
Proses ilmiah, khususnya dalam
meningkatkan emosional anak didik belum dikembangkan seoptimal mungkin.
3.
Aktivitas guru dan siswa belum optimal,
sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.
C. Pembatasan Masalah
Apabila kita ingin mengkaji sejauh mana pengaruh metode bercerita dongeng
terhadap kecerdasan emosional anak TK Bhakti 02 Bumayu Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati maka harus ditetapkan batasan masalahnya, yaitu peningkatan kecerdasan
emosional melalui metode bercerita dongeng.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan
identifikasi masalah tersebut di atas, diajukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
meningkatan
rasa cinta tanah air
melalui permainan cublak-cublak suweng ?”
2.
Apakah
permainan cublak-cublak suweng dapat meningkatkan rasa cinta tanah air ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian
ini adalah :
1.
Tujuan Umum
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan perkembangan Rasa Cinta Tanah Air pada
anak-anak didik di TK Budi Mulyo
02 Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Melalui Permainan Cublak-Cublak Suweng.
2.
Tujuan khusus
penelitian tindakan kelas ini adalah setelah penelitian ini berakhir,
perkembangan Rasa Cinta Tanah
Air siswa semakin meningkat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.
Peneliti
Dengan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman tentang PTK, khusunya penerapan metode demonstrasi
yang benar dan tepat, serta peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada
didalam proses pembelajaran sekaligus mencari alternative solusi yang tepat.
Selain itu peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran didalam kelas dalam
rangka peningkatan rasa cinta tanah air pada anak.
2.
Anak Didik
a.
Anak didik dapat berekspresi kreatif
sesuai dengan potensi kreativitasnya.
b.
Mengurangi rasa ketakutan untuk bergaul bersama temannya, karena didalam
permainan ini memungkinkan adanya kebersamaan dan kerjasama antar siswa.
3.
TK Budi Mulyo
02 Kedumulyo Kecamatan Sukolilo
a.
Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan
aset penting karena hal ini dalam rangka meningkatkan perkembangan Rasa Cinta Tanah Air siswa.
b.
Sebagai acuan jika akan melakukan
kegiatan sejenis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. CINTA TANAH AIR
1.
Pengertian
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air ialah perasaan cinta
terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Usaha
membela bangsa dari serangan penjajahan.Dalam cinta tanah air terdapat
nilai-nilai kepahlawanan ialah:Rela dengan sepenuh hati berkorban untuk bangsa
dan Negara. Cinta
Tanah Air merupakan pengalaman
dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat.
Cinta tanah air adalah sama saja rela
berkorban demi kepentingan Negara. Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan
diri demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau
negaranya dari Negara yang kecil, berkembang sampai menjadi Negara yang maju.
Menghayati arti dari cinta tanah air memanglah bukan masalah yang mudah, perlu
kesabaran dan kerendahan hati untuk menjalankan hal tersebut, dikarenakan
banyak ancaman dan tantangan yang dapat datang dari mana saja, baik itu dalam
diri kita maupun dari luar diri kita, baik itu datang dari dalam negri maupun
datang dari luar negri, tetapi asal kita mempunyai tekad yang kuat untuk
mencintai tanah air kita tanah air Indonesia dengan sepenuh hati, pastilah kita
akan di mudahkan oleh yang Maha Kuasa dalam segala halnya terutama dalam
tindakan yang positif. Perlu diingat bahwa mencintai dan menjaga tanah air
Indonesia negaranya sendiri dengan sepenuh hati adalah bentuk perbuatan yang
merupakan bagian dari iman.
Rasa
cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa
menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat
dimana
ia tinggal. Yang tercermin dari
perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya
yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan
lingkungan.
Cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan wujud dari
sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di
keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur
dalam Undang - Undang. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti
kepada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa
setiap individu sejak usia dini yang menjadi warga dari sebuah negara atau
bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai. Salah satu cara untuk menumbuh
kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap
tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat
ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi
nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan
berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk
menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah
air.
Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan
rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah
airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat
ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi
nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan
berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk
menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah
air.
Dalam UU 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI, dijelaskan bahwa yang dimaksud WNI adalah seperti diatur
dalam pasal 4.
Bunyi Pasal 4 UU No 12 Th 2006 sebagai berikut.:
Warga Negara Indonesia adalah:
a
Setiap
orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b
Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c
Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
d
Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia;
e
Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f
Anak
yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g
Anak
yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h
Anak
yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum
kawin;
i
Anak
yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j
Anak yang baru lahir yang ditemukan di
wilayah Negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k
Anak yang lahir di wilayah negara
Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau
tidak diketahui keberadaannya;
l
Anak
yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m
Anak
dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.
2.
Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air Kepada Anak
PROF.
Dr. I Wayan Supartha MS, anggota Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Alumni GMNI, mengatakan bahwa Bung
Karno telah menanamkan rasa kebangsaan yang menjunjung tinggi rasa persatuan tanpa mengabaikan
kebhinekaan. Bung Karno juga menanamkan nilai kebersamaan dan kesetaraan untuk memperkuat rasa
hidup bersama dan rasa bersatu sebagai suatu bangsa di atas bumi Indonesia. Menguatnya ras persatuan
dan kebersamaan itu menumbuhkan rasa cinta Tanah Air yang oleh Bung Karno disebut patriotisme.
Di dalam
pidato lahirnya Pancasila, Bung Karno menyatakan, patriotisme adalah kecintaan yang didasari
atashubungan gaib antara manusia dan bumi tempat mereka hidup atau mereka
ditumbuhkan. Atas kecintaan itu mereka berani membela Tanah Air yang memberikan
mereka kesempatan dan pelayanan hidup. Sehingga bangsa Indonesia pernah merasakan
kuatnya hasrat dan kehendak hidup bersama dan bersatu sebagai bangsayang
melahirkan kekuatan dahsyat mengusir penjajah.
Bagaimana
dengan kondisi pemuda sekarang dalam hal patriotisme tersebut? Kapan
patriotisme itu seharusnya ditumbuhkan atau dikembangkan? Sejak anak usia dini,
inilah waktu yang paling tepat. Menyambut Hari Anak Nasional 22 Juli 2008, apa yang bisa dilakukan khususnya
oleh para guru pendidik Anak Usia Dini? Anak adalah investasi bangsa. Guru hendaknya bisa menggali potensi
dan menanamkan kebanggaan untuk bisa mencintai negerinya sendiri.
3.
Wujud dari Cinta Tanah Air
Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus
kita laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di
manapun kita berada. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita dapat
mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat
yang merugikan diri sendiri atau masyarakat. Sebagai generasi mudak kita juga
harusnya dapat berperan seperti para pahlawan yang telah gugur di medan perang.
Para pahlawan berani mengorbankan diri karena mereka mencintai tanah airnya.
Mereka mencintai rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.
Rasa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan berbagai
macam cara. antara lain adalah:
a. Sebagai pelajar kita harus bertanggung jawab. Dengan
belajar sungguh – sungguh dan tekun.
b. Mencintai
produk-produk dalam negeri. Karena sekarang ini banyak sekali produk asing.
Untuk itu sebagai warga negara yang cinta tanah air tetap mencintai produk
dalam negeri.
c. Bangga sebagai bangsa Indonesia. Kebanggaan itu antara
lain diwujudkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, mencintai dan
mempertahankan budaya Indonesia.
d. Upacara setiap hari senin dan hari – hari besar
Negara.
Mengenang
kembali jasa pahlawan/pejuang kemerdekaan dan melakukan intropeksi pada diri
kita mengenai kontribusi yang diberikan untuk mengisi kemerdekaan, merupakan
cara yang dapat kita lakukan sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai rasa cinta
Tanah Air dalam memaknai kemerdekaan. Mengenang jasa pejuang kemerdekaan bukan
hanya mengetahui sejarah perjuangan mereka. Kita harus bisa menjadikan
perjuangan mereka sebagai motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu yang
terbaik bagi bangsa Indonesia.
Cara
memaknai kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh pahlawan
kemerdekaan dengan membuktikan rasa cinta Tanah Air kita, yaitu dengan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan negara, mencintai produk dalam negeri, dan
belajar dengan tekun.
4. Cara
menanamkan sikap Cinta Tanah Air kepada anak TK di lingkungan sekolah.
Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar
dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya
dengan upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah
Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila. Meskipun
lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi
dengan membiasakan mengajak menyanyikannya setiap hari Senin, maka anak akan
hafal dan bisa memahami isi lagu.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah memperingati
hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka
kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya,
gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta
mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau
bermain peran.
Menciptakan kedamaian bangsa
adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. Sehingga suatu saat nanti, dan
saat tumbuh dewasa mereka dapat menghargai betapa pentingnya mencintai tahan
air ini, negeri ini, khusnya bagi bangsa dan negara, dan bisa berwarganegara
dengan baik, mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap negaranya, dan sekaligus
bisa mengharumkan bangsa dan negaranya. Diharapkan bahwasaanya menjadi manusia
yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. dan tidak terpelosok ke dalam lubang
salah slama ini, banyak sekali saat ini kejadian - kejadian yang mencengangkan
bagi kita, yang menurtnya tidak layak menjadi layak, ini dikarnakan mempunyai
pengetahuan yang kurang cukup baik di dalam lingkungan sekitar oleh karna itu
kita harus bisa menanamkan rasa cinta tanah air.
Yang tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa
cinta tanah air melalui lagu. Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan
musik, anak akan merasa senang, gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami
pesan yang akan disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap masih
terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai
untuk anak usia dini. Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan
kreativitasnya di sekolah termasuk dalam menciptakan lagu.
Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang
sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang
bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak,
anak terbiasa untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan
memutuskan masalah, tidak cepat putus asa. Sedangkan jika tujuannya hanya untuk
memperdengarkan musik pada anak, bisa dengan lagu atau instrumen musik yang
lebih halus dan tenang. Misalnya, lagu Kebangsaan Indonesia Pusaka, Syukur,
Tanah Air dan Bagimu Negeri.
5.
Cara menanamkan
sikap Cinta Tanah Air di lingkungan keluarga
Keluarga adalah fondasi utama dalam pengasuhan,
perawatan, dan pendidikan anak (pembentukan karakter anak dan manusia)
sangatlah penting. Ketika ibu mengandung, kemudian melahirkan anak, anak sudah
mulai melihat dunia ini secara global. Anak sudah dibekali kemampuan fisik dan
psikis sejak dini. Kemampuan dalam diri anak itu perlu dikembangkan. Untuk
mengembangkannya anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberi stimulasi pada
semua aspek perkembangannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik
dan lingkungan sosial.
Keluarga merupakan unit
pertama dan institusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang
terdapat didalamnya, sebagian besarnya bersifat langsung dan disitulah
berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses
sosialisasi bagi anak-anak. Orang-orang yang berada dalam sebuah keluarga
termasuk dalam lingkungan sosial. Interaksi yang terjadi di dalam keluarga
menjadi suatu pergaulan yang dapat mendidik atau tidak mendidik bagi anak. Jadi
pergaulan di dalam keluarga merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Lingkungan fisik menyangkut
fasilitas, sarana/ prasarana, sandang, pangan dan papan yang disediakan orang
tua. Ini juga menjadi kebutuhan dasar bagi anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
Cara menanamkan rasa cinta tanah air kepada anak dapat
dilakukan dengan cara, menanamkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak,
menceritakan sejarah dan tokoh-tokoh pahlawan/Pejuang Indonesia agar anak dapat
menghargai dan mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap negara serta
menjadikan perjuangan mereka sebagai motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu
yang terbaik bagi bangsa Indonesia, mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi
sesama dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain,
mengamalkan sikap dan tingkah laku hemat, disiplin dan bertanggung jawab dalam
mewujudkan keutuhan dan kebersamaan agar tercapai kebahagiaan lahir batin
Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air.
6. Cara
menanamkan sikap Cinta Tanah Air kepada anak TK di lingkungan masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat untuk mewujudkan atau
menanamkan sikap cinta tanah air pada anak TK dapat dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan-kegiatan nasionalisme. Salah satu contohnya adalah seperti
upacara pada hari senin, upacara hari – hari besar Negara, memperingati hari Kemerdekaan,
lomba dan sebagainya. memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba
atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan, mengenalkan semangat persatuan dan kesatuan di
lingkungan masyarakat kepada anak melalui kegiatan-kegiatan seperti siskamling,
kerjabakti dll.
Mengenalkan anak mengenai berbagai macam suku, agama
,ras, budaya, dan golongan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun hal itu
bukan menjadi suatu perbedaan di dalam bangsa Indonesia untuk kehidupan
bermasyarakat seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika. meningkatkan kesadaran akan
nilai-nilai luhur budaya bangsa kepada anak adalah sarana untuk membangkitkan
semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan
senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam
kehidupan bermasyarakat.Serta untuk mewujudkan nasionalisme nasional.
7. Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah
Air Melalui Permainan Tradisional
Minimnya
minat anak terhadap permainan anak tradisional semakin hari semakin
memprihatinkan. Kuatnya pengaruh perkembangan jaman yang didukung kemudahan
oleh tehnologi, turut mendorong makin terkikisnya permainan anak tradisional.
Faktanya terlihat jelas dari banyaknya generasi muda yang tidak mengenal jenis
permainan tradisional dan lebih menyukai permainan yang bernuansa modern. Padahal
jika dikaji secara mendalam, di dalam dolanan bocah tidak hanya terdapat unsur
hiburan tapi juga mengandung filosofi yang cukup mendalam. Permainan-permainan
tradisional zaman dulu banyak mengandung makna positif, mengajarkan kepada
anak-anak apa itu kerjasama, kreatif, disiplin, kebersamaan, dan kekompakan,
berbeda dengan permaian moderen yang kuat nuansa individualistis.
Sayangnya
dunia pendidikan jaman sekarang rasa-rasanya kurang mengakomodir nilai-nilai
tradisional tersebut. Hal ini lah yang disadari pengelola TK Madania Bogor.
Dengan latar belakang pengenalan aneka permainan tradisional pada anak, Jumat
(16/12) lalu mereka menggelar kegiatan bertajuk Madania’s Indonesian
Tradisional Games Day. Kegiatan ini berlangsung di area sekolah yang ada di wilayah
kelurahan Bondongan Bogor. “Kita ingin memberitahu kepada anak-anak bahwa
Indonesia sangat kaya akan permainan-permainan yang walaupun kesannya
tradisional, tapi sebenarnya bisa dimainkan oleh anak cukup menarik dan bisa
mengembangkan kreatifitas mereka,” jelas Khafidah Kumala Sari, Kepala Sekolah
TK Madania.
Madania’s
Indonesian Tradisional Games Day merupakan tema kegiatan akhir semester tahun
ini yang rutin diadakan. Kegiatan yang diikuti murid dan orang tua ini lebih
banyak diisi dengan penampilan seni tradisional, aneka permainan tradisional
dan makanan khas berbagai daerah.
Aneka jenis
permainan seperti gatrik, congklak, lompat tali, boy-boyan, dampu dan cublak
suweng menjadi aktifitas rutin anak-anak usia 2,5 sampai 5 tahun ini. Dengan
antusias mereka mengikuti berbagai permainan yang disesuaikan dengan usianya.
Setelah lelah bermain, bersama orang tua masing-masing anak-anak ini mencicipi
aneka makanan tradisional yang tersaji dari berbagai stand makanan tradisional.
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian dan Karakteristik Anak
Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru
dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan
dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:
7). Usia ini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi
yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang
hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan copple,
Brener, serta Kellough
(Masitoh
dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
a.
Anak bersifat unik.
b.
Anak mengekspresikan perilakunya secara
relative spontan.
c.
Anak bersifat aktif dan enerjik.
d. Anak
itu egosentris.
e.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat
dan antusias terhadap banyak hal.
f.
Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
g.
Anak umumnya kaya dengan fantasi.
h.
Anak masih mudah frustasi.
i.
Anak masih kurang pertimbangan dalam
bertindak.
j.
Anak memiliki daya tahan yang pendek.
k.
Masa anak merupakan masa belajar yang
sangat potensial.
l.
Anak semakin menunjukkan minat terhadap
teman.
2. Prinsip-prinsip perkembangan anak
usia dini
Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini
berbeda dengan prinsip-prinsip perkembangan fase kanak-kanak akhir dan
seterusnya. Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut
Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 1.17-1.23) sebagai berikut :
a.
Perkembangan aspek fisik, social, emosional
dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
b.
Perkembangan fisik/motorik, emosi,
social, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang
relative dapat diramalkan.
c.
Perkembangan berlangsung dalam rentang
yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari masing-masing
fungsi.
d.
Pengalaman awal anak memiliki pengaruh
kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.
e.
Perkembangan anak berlangsung ke arah
yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.
f.
Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan
dipengaruhi oleh konteks social budaya yang majemuk
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam masa pertumbuhannya, tiap anak mengalami dan melalui masa- masa pembelajaran
yang tidak selalu sama. Menurut penelitian para ahli pendidikan, pembentukan
potensi belajar tiap orang terjadi dengan tahapan sebagai berikut : (1) 50%
pada usia 0-4 tahun, (2) 40% pada usia 4-8 tahun, (3) 30% pada usia 8-18 tahun,
(4) 20% pada usia 18-25 tahun, dan 10% pada usia 25-50 tahun.
Persentase pembelajaran maksimal dihitung sebesar
50% karena persentase lebih besar dari itu dianggap sebagai proses pembelajaran
yang memaksa. Artinya, hal tersebut tidak bersifat alami lagi. Bila dilihat
dari persentasi tersebut, tampaknya kemampuan belajar manusia mengalami
persentase penurunan, dalam arti: “semakin tua, maka kemampuan belajar
seseorang semakin menurun”.
Misalnya, kemampuan mengingat bayi umur 0-4 tahun,
meskipun tidak dapat mengungkapkannya secara nyata. Daya ingat bayi lebih luas
dan besar karena mencakup semua hal yang berhubungan dengan kontrol indra,
sentuhan fisik, pengenalan bentuk suara sampai pada perbedaan wajah orang-orang
di sekelilingnya.
Dalam hal ini, peneliti tersebut diformulasikan pada
kapasitas rasio ingatan atau memori. Dalam dunia pendidikan, ini lebih dikenal
dengan istilah kemampuan menghafal atau hafalan. Ini berarti skala tersebut
tidak berlaku menyeluruh. Karena, pada kenyataannya, kemampuan nalar (berpikir)
yang tidak selalu identik dengan hafalan dalam diri manusia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Contohnya kemampuan berpikir logis. Logika anak-anak
tentu sangat berbeda dengan logika berpikir orang dewasa.
4.
Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini
Banyak hal yang
dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu : Faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Pertama,
faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua orangtuanya, baik yang
bersifat fisik maupun psikis. Faktor bawaan lebih dominan dari pihak ayah
daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat direkayasa oleh orangtua
yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu satu detik, yaitu saat bertemunya
sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat ovulasi merupakan saat paling
berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena pada saat itulah diturunkan
sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia manusia.
Kedua,
faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi
seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat dipisahkan menjadi
dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan.
Lingkungan
dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak. Karena perkembangan
janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa, lebih cepat 200.000 kali
dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu lingkungan yang positif
dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi perkembangan janin, demikian juga
sebaliknya.
Lingkungan
di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia dini.
Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana
lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan luar kandungan dibedakan menjadi tiga
hal yaitu :
a)
Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan
yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi
secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya dialami
anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk melalui proses
selanjutnya.
b)
Lingkungan masyarakat atau lingkungan
teman sebaya. Seiring bertambahnya usia, anak akan mencari teman untuk
berinteraksi dan bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan
bagaimana anak jadinya.
c)
Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak
akan memasuki lingkungan sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3
tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Sekolah yang baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan
mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri.
C. Cublak-Cublak
Suweng
1. Pengertian
Cublak-Cublak Suweng
Cublak Cublak
Suweng
(tembang dolanan masa lalu)
“Cublak
cublak suweng,………...........
Suwenge ting gelenter…........................
Mambu ketundung gudhel…………….
Pak empong lera lere…………..............
Sopo ngunyu ndelek ake……………….
Sir, sirpong dele kopong………….........
Sir, sirpong dele kopong……….............
Sopo nguyu ndelek ake………………...”
Suwenge ting gelenter…........................
Mambu ketundung gudhel…………….
Pak empong lera lere…………..............
Sopo ngunyu ndelek ake……………….
Sir, sirpong dele kopong………….........
Sir, sirpong dele kopong……….............
Sopo nguyu ndelek ake………………...”
Kata “cublak”
adalah sebuah kata kebiasan atau idium yang digunakan untuk sebuah permainan
saling tebak, sedang kata suweng artinya adalah hiasan telinga (bukan anting
anting atau giwang)(ayo lah) bermain tebak tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting”Suwenge ting gelenter.
Seperti diatas
suweng artinya adalah sebuah informasi yang penting, tinggelenter artinya
adalah banyak tersebar berserakan… jadi kalo digabungkan kedua kata tersebut
ditemukan arti : “informasi penting (ini) (sebenarnya) tersebar disegala
tempat.”
Mambu ketundung gudhel………Mambu
artinya adalah
tercium atau terdeteksi, ketundung artinya adalah diusir/dihilangkan, gudhel
artinya adalah anak sapi, cuman saya merasa kata “gudhel” adalah sebuah kata
kata idium yang mengartikan orang bodhoh atau orang yang sok tau akan tetapi
tidak tau…. Kenapa koq artinya begitu….. gudhel adalah anak sapi, sapi adalah
hewan yang sangat bermanpaat khusus nya masyarakat pertanian, disamping manfaat
susunya daging dan tenaga nya biasanya juga dimanfaat kan. akan tetapi “gudhel”
memang benar adalah anak sapi (hewan yang sangat bermanfaat) akan tetapi ketika
masih “gudhel” (ketika sapi masih kecil) sapi kecil tersebut taunya cuman makan
dan bermain (masih belum bisa dimanfaatkan… belum keluar susunya, tenaganya
masih kecil, dagingnya masih sedikit).
Jadi arti kata “mambu
ketundung gudhel” Pak
empong lera lere. Pak
empong adalah idium kata dari dewasa/kedewasaan… sebab artinya empong adalah
ompong untuk penyebutan prang yang sudah berumur, sedang disebut pak adalah
artinya tua yang memiliki arti juga sudah menjadi dewasa …. Jadi kata “pak
empong” adalah merujuk pada kata “orang yang dewasa dikarenakan mempunyai banyak pengalaman”
kemudian lera lere artinya
adalah menoleh kanan kiri atau memilih milih.
Jadi kata “pak
empong lera lere” adalah "orang dewasa yang sudah banyak pengalaman
(mencari dengan) memilah milih (secara cermat)". sopo ngunyu ndelek ake….. artinya… “siapa yang tertawa (pasti)
menyembunyikan”, memiliki persamaan arti sama seperti “siapa yang
tertawa/menertawakan pasti mengetahui (kebohongan) yang ada” atau kalo lebih
dipermudah kalo dibaca akan ketemu kata seperti ini “siapa yang (mengetahui
pasti akan)(ketika) mengetahui (kebohongan) yang ada”
Sir, sirpong dele
kopong… kalo kata “sir pong dele kopong” kurang
lebih artinya emmm … pong adalah sesuatu hal seperti bola yang kosong didalam
nya, sedang dele (kedelai) kopong adalah kedelai yang mengambang diatas
air…..kalau ga salah sih artinya menjadi seperti ini…. “(sesuatu) yang dianggap
besar tersebut sebenarnya tidak ada isinya” atau memiliki persamaan arti dengan
ini (biar nyambung sama kalimat kalimat terdahulunya, sebab ini adalah
rangkaian sebuah tembang) “informasi yang dianggap benar sekarang ini,
sebenarnya adalah kebohongan”
Jadi kalo
digabungkan semua katanya dan disusun sesuai susunan “tembang Cublak Cublak
suweng” membentuk kalimat seperti ini : “(ayo
lah) bermain tebak tebakan
(sebuah) informasi yang sangat penting.” “(sebenarnya)
informasi penting (ini)
(sudah) tersebar disegala tempat.” “(tetapi
ketahuilah) kalo ketahuan (informasi penting ini) bakalan
diusir/dihilangkan/dirusak oleh orang orang yang tidak mengerti (bodoh)”
“Orang dewasa yang sudah banyak
pengalaman/”ilmu” (mencari dengan) memilah milih (secara cermat)”. “siapa yang (mengetahui pasti akan)
tertawa/menertawakan (ketika) mengetahui (kebohongan) “informasi yang dianggap benar (secara
umum) sekarang ini sebenarnya adalah
kebohongan” “informasi yang
dianggap benar (secara umum)
sekarang ini sebenarnya adalah kebohongan” “siapa
yang (mengetahui pasti akan) tertawa/menertawakan (ketika) mengetahui
(kebohongan).
2.
Tehnik Permainan Cublak-Cublak Suweng
Cublak-Cublak Suweng merupakan
salah satu jenis permainan yang digemari oleh anak-anak. Jumlah anak yang
bermain sebanyak 7 anak. Cara bermainnya adalah satu anak tengkurap/telungkup
dan anak yang lainnya menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap
tersebut. Sebuah suweng (Subang) dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak
tangan tersebut. Si anak yang tengkurab tersebut harus menebak siapa yang
membawa suweng (subang) tersebut. Apabila tertebak maka anak yang membawa
suweng tersebut gantian tengkurab untuk menebak siapa yang membawa subag. atau dengan cara lain sebagai berikut:
Permainan
ini dimainkan oleh beberapa anak/orang, tetapi minimal tiga orang. Akan tetapi
lebih baik antara 6 sampai delapan orang. Tujuan dari permainan ini adalah Pak
Empo menemukan anting (suweng) yang disembunyikan seseorang.
Pada
awal permaianan beberapa orang berkumpul dan mengundi/ menentukan salah satu
dari mereka untuk menjadi Pak Empo. Biasanya pengundiannya melalui
pingsut/encon/undian biasa. Setelah ada yang berperan sebagai pak Empo. Maka
mereka semua duduk melingkar. Sedangkan Pak Empo berbaring telungkup di
tengah-tengah mereka.
Masing-masing
orang menaruh telapak tangannya menghadap keatas dipunggung pak Empo. Salah
seorang dari mereka mengambil kerikil atau benda (benda ini dianggap sebagai
anting). Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan cublak-cublak suweng sambil
memutar kerikil dari telapak tangan yang satu ke yang lainnya. begitu terus
sampai lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali (biasanya 2-3 kali). Setelah
sampai di bait terakhir .
Sir-sir
pong dele gosong pak Empo Bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil.
Tangan kanan dan kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal
ini untuk mengecoh pak Empo yang sedang mencari ”suwengnya”. Masing-masing
pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan dan
kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe.
Mereka
semua tetap menyanyikan Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai
pak Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting. Ketika pak
Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi (pak Empo berbaring).
Dan ketika pak Empo berhasil menemukan orang yang menyembunyikan antingnya maka
orang tersebut berganti peran menjadi pak Empo. Permainan selesai ketika mereka
sepakat menyelesaikannya.
D. Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
|
Guru :
Belum menerapkan metode Permainan Cublak-Cublak Suweng.
|
Siswa :
Rasa cinta tanah air anak
rendah
|
Siklus I
Menerapkan metode permainan Cublak-Cublak Suweng
|
Menerapkan metode permainan Cublak-Cublak
Suweng dalam penerapan Rasa Cinta Tanah Air
|
TINDAKAN
|
Siklus II
Menerapkanmetode permainan Cublak-Cublak Suweng dengan permainan
bervariasi.
|
KONDISI
AKHIR
|
Siklus III
Menerapkan metode permainan Cublak-Cublak Suweng dengan pemberian
reward.
|
Diduga melalui penerapan metode permainan Cublak-Cublak Suweng
dalam pembelajaran dapat meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air.
|
E. Hipotesis Tindakan
Dengan Menggunakan Metode
Permainan Cublak-Cublak Suweng Dapat Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Pada
Anak TK Budi Mulyo
02 Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan,
penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (2007;4),
mendefisinikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini menggunakan metode pemberian tugas yang berarti
mengembangkan secara lebih optimal seluruh aspek pengembangan perilaku dan
kemampuan dasar anak. Pemberian tugas dapat diberikan secara individual maupun
kelompok. Menurut (moeslichatoen, 2004) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian tugas kepada anak adalah sebagai berikut :
1)
Pemberian tugas adalah proses integral
dalam kegiatan pengembangan maka tujuan tugas merupakan bagian penting sehingga
tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
2)
Pemberian tugas tidak sekedar
menyibukkan anak melainkan harus dapat memberikan sumbangan terhadap tujuan
belajar yang diharapkan.
3)
Pemberian tugas harus memberikan
pengenalan kepada anak untuk bekerja dengan lebih baik.
4)
Pemberian tugas harus menantang
pengembangan kreativitas.
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah
anak-anak kelompok B, TK Budi
Mulyo
02 Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Penelitian
dilakukan semester ganjil, tahun 2012/2013.
2.
Waktu penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 6 Juni
2012 sampai 9 Juni 2012 terdiri dari pra siklus, siklus I,
siklus II, dan siklus III
C.
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah anak-anak kelompok B, TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, berjumlah 20 siswa, dengan rincian 9 anak
laki-laki dan 11 anak perempuan dan guru pengajar ada 3 orang terdiri dari 1
orang Kepala Sekolah dan 2 orang guru dikelas.
D. Sumber Data
Sumber utama data adalah siswa TK Budi Mulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Disamping itu sumber data juga berasal
dari studi pustaka, antara lain Buku Daftar Nilai Pengamatan untuk mengetahui
kreativitas siswa, dan Buku Daftar Nilai Pengamatan untuk mengetahui daya ingat
siswa, dan Buku Penilaian Harian untuk mengetahui nilai harian siswa.
Disamping itu
data yang diperoleh dalam penelitian ini juga merupakan hasil dari observasi
dan pengamatan langsung pada anak didik yaitu dengan mengadakan “Peningkatan Rasa Cinta Tanah Air Melalui Permainan
Cublak-Cublak Suweng”.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akan
dijadikan acuan penelitian, peneliti menggunakan teknik:
Tehnik pengumpulan data
kuantitatif diambil melalui tes. Sedangkan tehnik pengumpulan data kualitatif
di ambil melalui observasi dan dokumentasi.
a)
Metode wawancara
Menurut Lexy. J.
Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviuer) yang mengajukan
sejumlah pertanyaan, dan diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban itu
(2002 : 135). Wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi atau data berupa ucapan, pikiran,
gagasan, perasaan, dan kesadaran sosial.
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berbentuk
pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan dan responden ditempat
penelitian.
b)
Observasi
Observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indra (Arikunto, 2002 : 133).Metode observasi dalam penelitian ini
berisi catatan yang menggambarkan bagaimana aktivitas anak dalam pembelajaran
melalui lembar pengamatan.
c)
Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa catatan lapangan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002
: 206).Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam
observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LK, daftar nilai
anak, angket. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan
kelompok anak dan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan
dokumentasi foto.
d)
Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil
kerja anak. Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya
ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwati, 1994; 160).
F. Alat Pengumpul Data
Penulis melakukan musyawarah atau
diskusi dengan teman sejawat Setelah melaksanakan observasi dan pemberian
tugas. Peneliti atau pengamat merekam cukup memakai format atau lembar tugas,
dimana pengamat tinggal membubuhkan tanda (√) check list pada tempat yang disediakan dan sedikit memberi komentar
atau narasi masukan atau saran perubahan tingkah laku anak dalam permainan Cublak-Cublak Suweng.
Dalam
hal ini selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, pengamat melakukan
observasi terhadap aktifitas guru dan siswa. Hal-hal yang perlu dipersiapkan
antara lain;
1.
Persiapan sarana
2.
Penguasaan materi
3.
Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga
4.
Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan
5.
Keaktifan siswa dalam tanya jawab dan
diskusi
Selama
proses belajar mengajar pengamat melakukan observasi terhadap perubahan tingkah
laku siswa. Beberapa tingkah laku siswa yang diamati antara lain :
1.
Siswa tidak memperhatikan penjelasan
guru.
2.
Siswa mengganggu teman.
3.
Siswa ada yang bermain sendiri.
4.
Siswa tidak aktif dalam demonstrasi.
5.
Siswa tidak tertarik dengan kegiatan
yang disajikan guru.
6.
Siswa yang kurang faham, tidak mau
bertanya.
Maka pengamatan tentang perubahan tingkah laku
dilaksanakan setiap siklus agar mengetahui sikap perubahan dan dapat mengambil
kesimpulan mana yang harus dilakukan, dan dengan metode apa yang paling tepat
serta mana sarana yang masih harus dilengkapi.
G. Validasi Data
Untuk menguji kebenaran
penelitian PTK, maka setiap data yang diperoleh keabsahannya. Pengecekan
keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara pemeriksaan sejawat.
H. Analisis data
Data yang diperoleh dari observasi dan
penelitian langsung dari anak didik oleh peneliti, maka kita sudah langsung
bisa mendapatkan data. Dari data tersebut bisa langsung diketahui tingkat
kemampuan anak dalam permainan
Cublak-Cublak Suweng.
I. Indikator Kinerja
Dengan pelaksanaan peenelitian tindakan
kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang
PTK, khususnya penerapan metode pemberian tugas dan Tanya jawab yang benar dan tepat, serta peneliti mampu
mendeteksi permasalahan yang ada didalam proses pembelajaran sekaligus mencari
alternatif solusi yang tepat. Selain itu peneliti mampu memperbaiki proses
pembelajaran didalam kelas dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa.
Indikator tersebut harus mencapai 89 %. Pada siklus pertama, peningkatan
rasa cinta tanah air hanya mencapai 38 % maka akan dilanjutkan ke siklus
berikutnya sampai mencapai indikatornya terpenuhi.
J. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pengkategorian penelitian ini kedalam penelitian tindakan
sesuai dengan model Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap satu siklus atau putaran
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan
refleksi. Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, kemudian diikuti
dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam siklus tersendiri.
Pelaksanaan penelitian bersifat
kolaboratif bersama teman guru sebagai upaya untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
siklus 1
Guna memperlancar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
yang akan dilakukan, dalam kegiatan siklus ini terlebih dahulu dilakukan
persiapan-persiapan yang berhubungan dengan pembelajaran. Persiapan ini antara
lain: menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan bahan dan alat pembelajaran, menyiapkan kuisoner bagi siswa dan
pengamat, menyiapkan alat peraga dan program evaluasi, dan setting kelas yang
memungkinkan kelancaran kerja siswa dan pengamat serta menciptakan suasana
kelas yang nyaman.
Yang tidak kalah pentingnya adalah mengadakan pertemuan
dengan teman sejawat dan siswa untuk menyamankan persepsi dalam rangka
meminimalkan perbedaan.
b. Pelaksanaan
siklus 1
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercakap-cakap tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Hari Kemerdekaan Negara Kita Apa ya...?” sebagian anak menjawab “17
Agustus Bu....” sebagian Cuma diam. Kemudian guru mengajak anak bernyanyi
dengan judul “17 Agustus”
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, “Permainan Cublak-Cublak Suweng”
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7)
Guru menyuruh anak memeragakan
apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab untuk
menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c. Observasi
siklus 1
Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.
Dalam observasi ini diungkapkan semua peristiwa yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, respon peserta didik terhadap penguasaan materi, keberanian
bertanya dan menjawab pertanyaan serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Refleksi
siklus 1
Pada tahap ini dilakukan evaluasi program dan proses
dalam setiap tindakan untuk menemukan kekurangan, kelemahan dan kelebihan
berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti, teman sejawat, pengamat partisipan
dan kuesioner siswa. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan pada berikutnya, terutama dalam perencanaan tindakan pada siklus
2.
2. Siklus 2
a) Perencanaan
siklus 2
Rencana tindakan pada siklus II ini didasari pada
hasil refleksi pra siklus dan siklus I. Langkah-langkah perencanaan tersebut
adalah : (1) mengadakan perbaikan rencana pembelajaran sesuai tindakan yang
akan dilakukan, (2) melakukan penekanan pada respon dan keaktifan serta peran
siswa dalam pembelajaran, (3) menyiapkan rencana evaluasi.
b) Pelaksanaan
siklus 2
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercerita tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Apa lambang negara kita ?” sebagian anak menjawab “Burung Garuda
Bu....!” kemudian guru bertanya lagi, “ kalau dasar negara kita apa ya...?
serempak anak menjawab “Pancasila Bu.....!” kemudian guru mengajak bernyanyi “
Garuda Pancasila”.
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, permainan disiklus 2 ini sedikit berbeda pada siklus 1,
anak yang tertebak membawa suweng akan ditempeli pipinya dengan kertas warna
sehingga permainan lebih menarik.
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7)
Guru menyuruh anak
memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab dan
dicoreti kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c) Observasi
siklus 2
Kolaborasi pada siklus 2 ini semakin memfokuskan
pada kemampuan individu dan kelompok dalam pemecahan masalah atau pertanyaan.
Selain itu, guru juga selalu memantau diskusi atau kerjasama peserta didik
dalam kelompok, mengamati respon peserta didik terhadap pembelajaran, mengamati
peran aktif peserta didik dalam kelompok dan memahami catatan atau pemahaman
peserta didik.
d) Refleksi
siklus 2
Kegiatan refleksi pada siklus 2 ini sama dengan yang
dilakukan pada tahap siklus 1. Pada tahap ini dilakukan evaluasi program dan
proses dalam setiap tindakan untuk menemukan kekurangan, kelemahan dan
kelebihan berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti, kolaborator, pengamat
partisipan dan kuesioner siswa.
3. Siklus
III
a.
Tahap Perencanaan Kegiatan
Dalam
perbaikan pembelajaran bidang pengembangan motorik kasar yaitu permainan
cublak-cublak suweng, sesuai dengan analisis
dan refleksi di siklus II maka pendidik merasa belum begitu berhasil sehingga
perlu diadakan perbaikan dalam siklus ke 3.
Untuk
melakukan hal tersebut maka penulis melakukan perbaikan sebagai berikut:
a)
Penyusunan RKH.
b)
Menggali pengetahuan awal siswa.
c)
Siswa diberi motifasi awal sebelum
pembelajaran dimulai.
d)
Penyusunan skenario permainan
cublak-cublak suweng.
e)
Memberikan penjelasan mengenai
langkah-langkah gerakan dan lagu pada permainan cublak-cublak suweng.
f)
Siswa di minta untuk bernyanyi sambil mempraktekkan
gerakan-gerakannya.
g)
Siswa diberi tes akhir siklus 1.
h)
Menyiapkan instrumen observasi.
b.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus ketiga dilaksanakan tanggal 8 Juni 2012
di kelompok B TK Budi Mulyo dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 18
siswa dari 18 siswa. dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
sedangkan teman sejawat sebagai observer. Adapun pembelajaran dilaksanakan
dengan prosedur berikut:
1)
Menggali pengetahuan awal siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal sebelum
pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan bercerita tentang
Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya menanamkan rasa cinta tanah
air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada siswa
a)
Kenapa kita harus menanamkan rasa cinta
kepada tanah air?
b)
Lagu apa saja yang bertemakan tanah air?
c)
Bentuk penanaman apa yang patut kita
tanamkan untuk menunjukkan kalau kita punya rasa cinta terhadap tanah air?
5)
“Guru menjelaskan tentang tata cara dan
urut-urutan,
6)
Guru membagi anak menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7)
Guru menyuruh anak memeragakan apa yang
sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing kelompok
untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya menidurkan
tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang) dilepas dan
ditekankan pada telapak-telapak tangan tersebut. Si anak yang tengkurab
tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut. Apabila
tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab dan dicoreti
kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa subag.
K.
Tahap-Tahap
Kegiatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini,
tahap-tahap yang berlangsung adalah:
1.
Tahap persiapan
Tahap pembuatan laporan
diperkirakan memakan waktu 2 bulan yamg dimulai dari penyusunan konsep Meliputi
kegiatan penyusunan proposal penelitian dan konsultasi pada dosen pembimbing
untuk memperoleh masukan guna menyempurnakan proposal dan mengurus ijin
penelitian, setelah proposal dinilai layak oleh dosen pembimbing.
2.
Tahap pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan penelitian
dengan kegiatan orientasi untuk memahami latar belakang sekaligus menciptakan
hubungan yang harmonis dengan subjek peneliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan
kegiatan pengumpulan data melalui observasi dan hal-hal yang relevan dengan
fokus peneliian.
3.
Tahap pembuatan laporan sampai pembuatan
laporan akhir.
Itulah tahap-tahap dalam
penelitian yang dilakukan dan secara keseluruhan data yang diperoleh
dipaparkan pada Bab IV beserta dengan
teman-teman peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum TK Budi Mulyo 02
1.
Sejarah
Umum TK Budi Mulyo 02 Desa Kedumulyo
TK Budi Mulyo dirintis oleh Ibu Siswati untuk melancarkan pendidikan dan mengembangkan
kreatifitas anak desa Kedumulyo. Dulunya TK PGRI diganti menjadi TK Budi Mulyo
02 karena mendapat bantuan PNPM dari desa setempat.
Mendapat ijin dari dinas pada tanggal 26 Juni 2006
dengan visi misi agar anak di desa tersebut menjadi anak yang berguna bagi nusa
dan bangsa.
TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo
Kecamatan Jaken Kabupaten Pati mempunyai Visi Misi sebagai berikut:
Visi :
Berasaskan iman dan taqwa, meningkatkan prestasi
sehingga menjadi anak yang cerda, terampil dan berbudi pekerti luhur.
Misi :
a
Menumbuhkan
penghayatan terhadap agama yang di anut.
b
Menumbuhkan
penghayatan olah raga dan seni. Sehingga menjadikan sifat jujur dan bertanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Di TK Budi Mulyo desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati mempunyai tenaga pendidik 2 orang yang semuanya perempuan.
Pendidik tersebut mendidik siswa sebanyak anak dengan 18 kelompok yaitu
kelompok B dengan rincian sebagai berikut:
Kelompok
B, terdiri dari:
Laki-laki : 8 anak
Perempuan
:10 anak
2.
Struktur
Organisasi Sekolah dan Uraian Tugas tiap komponen
Untuk struktur organisasi sekolah yang ada di TK Budi
Mulyo sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo
Kecamatan Sukolilo
3.
Program
Tahunan/Semester, Pembagian Tugas Guru Dan Jadwal Pembelajaran
Perencanaan
semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang
ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap
jaringan tema dan penyebarannya kedalam semester 1 dan 2.
TK
Budi Mulyo Desa Kedumulyo dalam satu tahun ada 11 tema yang dibagi dalam
semester 1 dan 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Tabel 4.1
Tema Semester 1
No
|
Tema
|
Alokasi
Waktu
|
1
|
Diri Sendiri
|
3
Minggu
|
2
|
Lingkunganku
|
4
Minggu
|
3
|
Kebutuhanku
|
4
Minggu
|
4
|
Binatang
|
3
Minggu
|
5
|
Tanaman
|
3
Minggu
|
Jumlah
|
17
Minggu
|
Dari
tabel diatas diketahui bahwa tema semester 1 terdiri dari diri sendir,
lingkunganku, kebutuhanku, binatang dan tanaman.
Tabel 4.2
Tema Semester II
No
|
Tema
|
Alokasi
Waktu
|
1
|
Rekreasi
|
4
Minggu
|
2
|
Pekerjaan
|
3
Minggu
|
3
|
Air, Api dan Udara
|
2
Minggu
|
4
|
Alat Komunikasi
|
2
Minggu
|
5
|
Tanah Airku
|
3
Minggu
|
6
|
Alam Semesta
|
3
Minggu
|
Jumlah
|
17
Minggu
|
Dari
tabel diatas diketahui bahwa tema semester II terdiri dari Rekreasi, Pekerjaan,
Air Api Dan Udara, Alat Komunikasi Dan Alam Semesta.
4. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain Pengamatan dan Catatan
Anekdot yang berguna untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak dalam
kehidupan sehari-hari secara terus menerus dan juga merupakan catatan tentang
sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Adapun alat yang digunakan,
antara lain:
a.
Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat
menggambarkan sejauh mana ketrampilan anak berkembang.
b.
Unjuk kerja (performace), penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas
dalam perbuatan yang dapat diamati misalnya praktek mengaji, olah raga,
memperagakan sesuatu.
c.
penugasan (project) merupakan tugas yang harus dikerjakan anak dengan waktu
yang relatif lama dalam mengerjakannya, missal melakukan percobaan menaman
biji.
d.
Hasil karya (product) merupakan hasil kerja anak didik dalam melakukan suatu
kegiatan.
e.
Observasi adalah cara pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilaku anak.
f.
Catatan anekdot (anecdot record) adalah catatan tentang sikap dan perilaku anak
secara khusus (peristiwa yang terjadi secara insidental/tiba-tiba).
5.
Pengaturan laporan kemajuan
belajar siswa
Untuk
laporan kemajuan anak didikm di kelompok bermain Pertiwi menggunakan dasar
hasil rangkuman perkembangan anak didik setiap akhir semester I dan II.
Sedangkan penilaian dalam bentuk uraian (deskripsi) singkat yang terdiri dari
program pengembangan yaitu:
a.
Program pemgembangan pembiasaan.
b.
Progam pengembangan kemampuan dasar.
Sedangkan
tehnik laporan perkembangan anak didik TK dilaporkan oleh kepala TK/Guru secara
lisan dan tertulis. Cara yang ditempuh dengan bertatap muka serta kemungkinan
adanya hubungan dan informasi timbal balik antara pihak TK dan orang tua/wali.
6. Pencatatan
kehadiran siswa
di sekolah
Kehadiran anak didik dicatat setiap hari untuk melihat
frekuensi kehadirannya. Ada tiga macam format untuk mencatat kehadiran anak:
a.
Papan absen harian anak
didik, ukuran papan 30 cm x 50 cm di tempel pada dinding ruang belajar .
b.
Buku absensi bulanan
anak.
c.
Buku rekapitulasi
absensi bulanan anak didik.
7. Pengaturan
pembinaan dan tata tertib anak didik.
Tata tertib siswa-siswi, datang pukul 07.30 anak
tidak diperbolehkan membawa uang saku melainkan membawa bekal sendiri dari
rumah.
8. Keuangan
TK Budi Mulyo
a. Cara mendapatkan sumber
keuangan TK, Untuk sumber keuangan didapat dari:
1)
Iuran anak didik tiap
bulan sebesar Rp.15.000,-.
2) Dana
APBD daerah melalui GOPTKI
3) Dari
pihak desa sebagai penyelenggara.
b.
Mekanisme
pencairan dan pengelolaan keuangan
Untuk mekanisme pencairan keuangan
adalah dari pengajuan kebutuhan dengan diketahui oleh kepala sekolah kemudian
diajukan kebendahara baru dicairkan. Sedangkan untuk pencatatan dibagi dalam 3
buku kas yaitu buku kas umum, buku kas harian dan buku kas pembantu.
c.
Kebijakan
dalam pengelolaan keuangan di kelompok bermain
1) Menyusun rencana kegiatan tahunan.
2) Menyusun dana yang diperlukan untuk menunjang
kegiatan.
3) Penyusunan perencanaan kegiatan yang
ditekankan pada program yang telah ditetapkan dalam subsidi.
4) Perencanaan
kegiatan gaji/honorarium.
d.
Pengaturan
pendayagunaan prasarana dan sarana TK
Dalam
pendayagunaan sarana dan prasarana TK yang ada didalam kelas ditempatkan
disudut-sudut area belajar sedangkan yang ada diluar kelas diletakkan di
halaman Taman Kanak-Kanak.
e.
Sistem
inventarisasi sarana dan prasarana
Untuk
invetarisasi sarana prasarana dicatat dalam buku sebagai berikut:
1) Buku
Daftar Inventaris
2) Buku
Pembantu Inventaris
3) Buku
Inventaris Perpustakaan
4) Buku
Asal Pengadaan Barang
f.
Sistem
Pemeliharaan
Untuk
sistem pemeliharaan dilakukan dengan menyimpan dan menempatkannya di
sudut-sudut kegiatan atau area belajar.
9.
Hubungan
Masyarakat
a. Hubungan
Kerjasama TK dengan Komite
Kerjasama
antara orang tua masyarakat dengan pihak sekolah berjalan dengan sangat baik,
ini dibuktikan dengan adanya kepengurusan komite yang tiap semester selalu
mengadakan evaluasi dengan pihak sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki
kekurangan yang ada di TK.
b. Usaha
dan pendayagunaan sumber daya lingkungan
Pada penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak dikenal adanya kerjasama
yang baik antara 3 komponen, yaitu Depdiknas, GOPTKI dan IGTKI-PGRI. Untuk
pihak sekolah selalu bekerjasama dengan ketiga komponen ini demi kemajuan
pendidikan.
Sedangkan untuk kegiatan keseharian pihak sekolah selalu
memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada disekitar sekolah sebagai bahan
ajar.
c. Pengaturan
penyelenggaraan peringatan hari besar dan upacara TK.
Setiap ada peringatan hari besar nasional selalu mengadakan acara
seperti peringatan Maulid Nabi, isro’ mi’roj, Idul Fitri maupun bulan Romadhon
selalu diadakan kegiatan yang berupa pengajian dan tadarus Al Qur’an.
Sedangkan
untuk hari besar nasional seperti hari Kartini serta hari pendidikan nasional,
dan hari besar nasional serta hari kemerdekaan RI, pihak sekolah selalu
mengadakan upacara dan lomba. Untuk upacara sendiri tiap hari Senin sekolah
selalu mengadakan dengan anak-anak sebagai petugasnya.
B.
Deskripsi
Data Pra Survey
Kondisi
awal bidang pengembangan penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng di TK Budi Mulyo yaitu baru 5 anak atau sekitar 22,7 %
untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel
4.3
Hasil
Prosentase Kondisi Awal
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
9
|
5
|
4
|
9 x 100 = 50 %
18
|
5 x 100 = 27%
18
|
8 x 100 = 22 %
18
|
Dari
tabel 4.3 menunjukkan :
1) Ada
9 anak yang mendapat nilai tidak tuntas karena tidak aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Dari
5 anak yang mendapat nilai kriteria cukup yang dapat dikategorikan tuntas.
3) Dari
4 anak yang mendapat nilai kriteria baik yang dapat dikategorikan tuntas.
Dari tabel diatas terlihat bahwa
anak yang mampu memahami penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng baru 4 anak
sedangkan anak yang mendapatkan nilai cukup dalam penerapan rasa cinta tanah
air melalui permainan cublak-cublak suweng ada 5 anak. Anak yang sama sekali
belum memahami ada 9 anak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan
grafik berikut sajian dalam grafik batang hasil observasi prasiklus:
Grafik
4.1
Grafik hasil prosentasi kondisi awal
Dari
grafik diatas terlihat bahwa anak yang mampu memahami penerapan rasa cinta
tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng baru 4 anak sedangkan anak yang mendapatkan
nilai cukup dalam penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng ada 5 anak. Anak yang sama sekali belum memahami ada 9
anak, sehingga menurut peneliti ini perlu diambil tindakan.
C.
Deskripsi
dan Interprestasi Hasil Penelitian
1.
Hasil
penelitian siklus I
a. Tahap
Perencanaan Tindakan
Pada
tahap ini dengan kegiatan pengenalan metode bercakap-cakap kepada teman
sejawat, selanjutnya bersama dengan teman sejawat melakukan penyusunan
langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan tehnik yang
baru. Kemudian menyiapkan (RKH) Rencana Kegiatan Harian. Didalam RKH memuat
skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evaluasi, serta
format observasi pembelajaran.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2012 pada
kelompok B di TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
Dengan jumlah anak didik yang mengikuti pembelajaran 18 siswa. Dalam penelitian
ini peneliti bertidak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai
observer. Adapun pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat
dalam RKH observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus I.
Adapun Pelaksanaannya
sebagai berikut:
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercakap-cakap tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Hari Kemerdekaan Negara Kita Apa ya...?” sebagian anak menjawab “17
Agustus Bu....” sebagian Cuma diam. Kemudian guru mengajak anak bernyanyi
dengan judul “17 Agustus”
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, “Permainan Cublak-Cublak Suweng”
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7)
Guru menyuruh anak
memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab untuk
menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Setelah melakukan diskusi
dengan teman sejawat sebagai pengamat maka diperoleh kesepakatan bahwa
observasi dilakukan terhadap proses dan hasil perbaikan.
Pengamat didalam merekam
perubahan perilaku cukup dengan menggunakan format atau lembar pengamat atau
observasi dimana pengamat tinggal membubuhkan tanda ceklis √ pada tempat yang
disediakan dan sedikit komentar sebagai masukan atau saran perubahan tingkah
laku anak dalam kegiatan pengembangan membaca anak dengan pemahaman huruf abjad
melalui media 3 dimensi.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
pengamat melakukan observasi terhadap aktifitas guru dan anak yang diamati
diantaranya:
1) Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2) Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3) Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4) Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5) Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6) Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7) Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Berikut Tabel Prosentase Siklus I
Tabel 4.4
Hasil
Prosentase siklus I
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
7
|
5
|
6
|
7
x 100 = 39 %
18
|
5 x 100 = 28%
18
|
6 x 100 = 33 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 6
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 5 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 7 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.2
Grafik hasil prosentasi siklus I
Berdasarkan grafik diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam
menerapkan serta keberanian memainkan permainan siswa ternyata belum memenuhi
target nilai yaitu 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan dalam menerapkan
rasa cinta tanah air mendapatkan nilai kurang karena hanya sekitar anak atau
33%.
Rendahnya prestasi siswa yang
mampu dalam mendengarkan penjelasan arti rasa cinta tanah air dan mampu
menerapkan rasa cinta air serta memahami permainan cublak-cublak suweng di
siklus pertama belum berhasil dikarenakan ada sedikit rencana yang kurang
lancar yaitu masalah waktu serta anak-anak masih egois. Ini dikarenakan
anak-anak disibukkan dengan bermain sendiri tanpa memperhatikan instruksi dari
guru.
d. Tahap
Observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
e. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus pertama didapatkan bahwa
dari 18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air belum mendapatkan nilai yang
diharapkan karena dibawah nilai 70 atau keseluruhan anak belum mampu menerapkan
rasa cinta tanah air.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 58 atau keseluruhan anak
masih kurang dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai kurang
dari 70 atau keseluruhan anak belum berhasil dengan baik .
2. Siklus
2
a. Tahap
Perencanaan Tindakan
Rencana
tindakan pada siklus kedua ini di dasarkan hasil analisis dan refleksi pada
siklus pertama. Diketahui bahwa kendala yang terjadi pada siklus pertama adalah
masalah waktu dan anak-anak masih egois atau mementingkan kepentingan individu.
Dengan demikian pada siklus kedua ini guru diharapkan memperbaiki kualitas dan
kuantitas dalam memotivasi kepada anak.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus satu dilaksanakan tanggal 7 Juni 2012 di
kelompok B TK Budi Mulyo dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 18
siswa dari 18 siswa. dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
sedangkan teman sejawat sebagai observer. Adapun pembelajaran dilaksanakan
dengan prosedur berikut:
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercerita tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Apa lambang negara kita ?” sebagian anak menjawab “Burung Garuda
Bu....!” kemudian guru bertanya lagi, “ kalau dasar negara kita apa ya...?
serempak anak menjawab “Pancasila Bu.....!” kemudian guru mengajak bernyanyi “
Garuda Pancasila”.
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, permainan disiklus 2 ini sedikit berbeda pada siklus 1,
anak yang tertebak membawa suweng akan ditempeli pipinya dengan kertas warna
sehingga permainan lebih menarik.
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 6 anak.
7)
Guru menyuruh anak
memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab dan
dicoreti kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Setelah
melakukan diskusi dengan teman sejawat sebagai pengamat maka diperoleh
kesepakatan bahwa observasi dilakukan terhadap proses dan hasil perbaikan.
Pengamat didalam merekam
perubahan perilaku cukup dengan menggunakan format atau lembar pengamat atau
observasi dimana pengamat tinggal membubuhkan tanda ceklis √ pada tempat yang
disediakan dan sedikit komentar sebagai masukan atau saran perubahan tingkah
laku anak dalam kegiatan pengembangan membaca anak dengan pemahaman huruf abjad
melalui media 3 dimensi.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
pengamat melakukan observasi terhadap aktifitas guru dan anak yang diamati
diantaranya:
1. Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2. Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3. Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4. Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5. Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6. Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7. Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Berikut Tabel Prosentase Siklus II
Tabel 4.5
Hasil
Prosentase siklus II
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
4
|
3
|
11
|
4
x 100 = 22 %
18
|
3 x 100 = 16%
18
|
11 x 100 = 61 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 11
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 3 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 4 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.3
Grafik hasil prosentasi siklus II
Berdasarkan
diagram batang diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam penelitian
meningkatkan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng ternyata belum
juga sudah target nilai yaitu diatas 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan
dalam penerapan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
mendapatkan nilai cukup karena masih belum mencapai diatas 70 yaitu nilai
rata-rata yang telah ditemukan.
d. Tahap
observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
f. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan bahwa dari
18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air mendapatkan nilai 61 atau
keseluruhan anak masih belum mencapai target yaitu 70.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 65 atau keseluruhan
anak masih kurang dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai 62 atau
keseluruhan anak masih perlu perbaikan.
3. Siklus
III
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan
Dalam
perbaikan pembelajaran bidang pengembangan motorik kasar yaitu permainan
cublak-cublak suweng, sesuai dengan analisis
dan refleksi di siklus II maka pendidik merasa belum begitu berhasil sehingga
perlu diadakan perbaikan dalam siklus ke 3.
Untuk
melakukan hal tersebut maka penulis melakukan perbaikan sebagai berikut:
a) Penyusunan
RKH.
b) Menggali
pengetahuan awal siswa.
c) Siswa
diberi motifasi awal sebelum pembelajaran dimulai.
d) Penyusunan
skenario permainan cublak-cublak suweng.
e) Memberikan
penjelasan mengenai langkah-langkah gerakan dan lagu pada permainan
cublak-cublak suweng.
f) Siswa di
minta untuk bernyanyi sambil mempraktekkan gerakan-gerakannya.
g) Siswa
diberi tes akhir siklus 1.
h) Menyiapkan
instrumen observasi.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus ketiga dilaksanakan tanggal 8 Juni 2012 di
kelompok B TK Budi Mulyo dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 18
siswa dari 18 siswa. dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
sedangkan teman sejawat sebagai observer. Adapun pembelajaran dilaksanakan
dengan prosedur berikut:
1) Menggali
pengetahuan awal siswa.
2) Siswa
diberi motifasi awal sebelum pembelajaran dimulai.
3) Guru
mengawali dengan bercerita tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang
pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air.
4) Guru
memberi pertanyaan pada siswa
a) Kenapa
kita harup menanamkan rasa cinta kepada tanah air?
b) Lagu apa
saja yang bertemakan tanah air?
c) Bentuk
penanaman apa yang patut kita tanamkan untuk menunjukkan kalau kita punya rasa
cinta terhadap tanah air?
5) “Guru
menjelaskan tentang tata cara dan urut-urutan, permainan disiklus 3 ini sedikit
berbeda pada siklus 1 dan 2, selain anak yang tertebak membawa suweng akan
ditempeli pipinya dengan kertas warna, disiklus 3 ini anak yang aktif atau
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik akan mendapatkan reward atau
penghargaan dari guru sehingga permainan lebih menarik dan anak lebih semangat
melaksanakan permainan.
6) Guru
membagi anak menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7) Guru
menyuruh anak memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8) Guru
menyuruh masing-masing kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan
anak yang lainnya menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng
(Subang) dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak
yang tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang)
tersebut. Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian
tengkurab dan dicoreti kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa
subag.
9) Anak
melaksanakan permainan cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan,
guru memberikan motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
e. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Pengamatan
pada siklus III ini anak sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan anak
lebih tertarik pada permainan di siklus 3 ini karena selain bermain dengan
banyak teman bisa memperoleh hadiah dari guru.
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap
aktifitas guru dan anak yang diamati diantaranya:
1) Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2) Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3) Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4) Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5) Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6) Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7) Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Tabel
4.6
Hasil
Prosentase siklus III
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
1
|
2
|
15
|
1
x 100 = 5 %
18
|
2 x 100 = 11%
18
|
15 x 100 = 83 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 15
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 2 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 1 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.4
Grafik hasil prosentasi siklus III
Berdasarkan
diagram batang diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam penelitian
meningkatkan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng ternyata sudah
mencapai target nilai yaitu diatas 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan
dalam penerapan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
mendapatkan nilai baik karena sudah mencapai nilai diatas 70 yaitu nilai
rata-rata yang telah ditentukan.
f. Tahap
observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
g. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan bahwa dari
18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air mendapatkan nilai 83 atau
keseluruhan anak sudah mencapai target yaitu 70.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 80 atau keseluruhan
anak sudah mampu dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai 85 atau
keseluruhan anak sudah mencapai target yang ditentukan.
D.
Pembahasan
1. Pembahasan
Siklus I, II dan III
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III dapat
dikatakan bahwa dalam permainan cublak-cublak suweng dapat meningkatkan
penerapan rasa cinta tanah air pada anak Taman Kanak-Kanak. Hal ini dapat
dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap keaktifan anak pada siklus I dan II
mengalami peningkatan dari siklus I, ketuntasan belajar anak juga mengalami
peningkatan.
Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I dapat dipaparkan sebagai
berikut ; pada aspek kesiapan anak dalam mengikuti permainan cublak-cublak
suweng diantaranya dalam mendengarkan penjelasan materi dari guru, kemampuan
anak dalam mengikuti gerakan – gerakan yang diajarkan guru, kemampuan anak
dalam melakukan bertanya ketika belum bisa, serta kemampuan anak dalam hafalan
bernyanyi.
Selama pelaksanaan siklus I ada
sebagian anak yang merasa
senang dengan permainan cublak-cublak suweng ini. Hal tersebut ditunjukkan pada aspek
banyaknya anak yang antusias mengikuti kegiatan ditandai rasa senang, tertarik,
tanggung jawab terhadap tugasnya meskipun tidak semua
anak merasa tertarik dan senang, sehingga
keinginan untuk mengikuti permainan
cublak-cublak suweng sampai dengan
jam pelajaran habis, bahkan ada yang tidak mau istirahat karena rasa sukanya
terhadap kegiatan ini.
Pada
aspek kesiapan guru dalam memulai pelajaran (memberi apersepsi dan motivasi),
menjelaskan materi yang akan dipelajari dan menjelaskan pentingnya penerapan
rasa cinta tanah pada budaya Indonesia. Juga dalam membimbing anak dalam
melakukan kegiatan permainan cublak-cublak suweng, pengelolaan kelas juga
dirasa masih dalam kategori sangat kurang. Hal tersebut menunjukkan aktivitas
guru selama pembelajaran berlangsung masih sangat kurang.
Berdasarkan
hasil kegiatan permainan cublak-cublak suweng anak TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo pada
siklus I yaitu anak yang mendengarkan penjelasan rasa cinta tanah air ada 71
anak, anak mampu menerapkan rasa cinta tanah air ada 58 anak sedangkan
bersemangat memainkan permainan ada 64 anak. Sehinga dari hasil belajar siklus
I belum dikatakan berhasil karena belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 70%
dari nilai rata-rata siswa.
Selama
proses pembelajaran siklus I berlangsung, ditemukan beberapa hambatan atau
kelemahan yaitu:
a) Diperlukannya
bimbingan dari guru untuk melakukan permainan cublak-cublak suweng
b) Terbatasnya
waktu yang digunakan dalam melakukan permainan cublak-cublak suweng.
c) Kesiapan
anak untuk mengikuti permainan cublak-cublak suweng masih sangat rendah.
d) Antusiasme
anak untuk permainan cublak-cublak suweng juga masih sangat rendah.
e) Anak
Lebih tertarik dalam permainan modern.
f) Kurangnya
kekompakan anak. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I belum
mencapai indikator penelitian yang ditetapkan, maka perlu dilaksanakan siklus
berikutnya yaitu siklus II.
Pelaksanaan silkus II keaktifan anak dan kemampuan guru
dalam permainan cublak-cublak suweng sudah mengalami peningkatan yang cukup
baik bila dibandingkan pada siklus I. Peningkatan tersebut mencapai kriteria cukup
pada peserta didik dan memperoleh nilai rata-rata 61 Hal ini dapat dilihat dari
hasil pengamatan yang diperoleh pada saat pembelajaran siklus II berlangsung. Karena
belum mencapai target yang tentukan maka peneliti mengadakan siklus ke III.
Dalam
pelaksanaan di siklus III anak sudah banyak mengerti arti penerapan rasa cinta
tanah air dan faham atas permainan tradisional (cublak-cublak suweng), pada
siklus III anak lebih tertarik bahkan semua anak merasa senang dan gembira
karena mendapatkan reward atau penghargaan dari guru, sehingga suasana kelas
menjadi sangat ramai dan menyenangkan.
Untuk
mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklus berikutnya dapat dilihat
dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Kegiatan Anak Pada Saat
Kegiatan Belajar Mengajar Per Siklus
No
|
Kegiatan/ Aspek yang Diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Mendengarkan
penjelasan guru/teman.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
2.
|
Aktif
dalam permainan cublak-cublak suweng.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
3.
|
Ketepatan anak dalam mengikuti gerakan – gerakan cublak-cublak
suweng yang diajarkan
guru.
|
Baik
|
Baik
|
Baik sekali
|
4.
|
Kemampuan anak dalam melakukan permainan
cublak-cublak suweng
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
5.
|
Kemampuan anak dalam bertanya ketika belum mampu
melakukan permainan cublak-cublak suweng.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
6.
|
Kekompakan
dalam kelompok.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
7.
|
Hafalan
dalam lagu
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
Pada aspek kegiatan kemampuan guru, dalam melakukan
apersepsi dan pemberian motivasi, kemampuan guru dalam penguasaan materi,
penyampaian materi secara runtut, melaksanakan pembelajaran dan melakukan
penilaian akhir sesuai dengan kompetensi, kemampuan guru dalam mengkoordinir
anak untuk melakukan kegiatan permainan cublak-cublak suweng sudah sangat baik
dengan prosentase hasil penilaian kegiatan guru mencapai rata-rata 85 %.
Pada
kegiatan permainan cublak-cublak suweng ternyata memang mampu meningkatkan rasa
cinta tanah air siswa. Hal ini karena dalam permainan cublak-cublak suweng
termasuk melestarikan budaya bangsa dan perlu kekompakan dalam kelompok. Lewat permainan,
mereka bisa bernyanyi sambil bermain anak bisa memperoleh berbagai manfaat,
selain melestarikan permainan budaya bangsa anak juga memperoleh kedekatan
dengan teman-temannya.
Berdasarkan
uraian di atas menunjukkan bahwa didalam Permainan
Cublak-Cublak Suweng Dapat Meningkatkan
Rasa Cinta Tanah Air Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di TK Budi Mulyo Desa
Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum TK Budi Mulyo 02
1.
Sejarah
Umum TK Budi Mulyo 02 Desa Kedumulyo
TK Budi Mulyo dirintis oleh Ibu Siswati untuk melancarkan pendidikan dan mengembangkan
kreatifitas anak desa Kedumulyo. Dulunya TK PGRI diganti menjadi TK Budi Mulyo
02 karena mendapat bantuan PNPM dari desa setempat.
Mendapat ijin dari dinas pada tanggal 26 Juni 2006
dengan visi misi agar anak di desa tersebut menjadi anak yang berguna bagi nusa
dan bangsa.
TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo
Kecamatan Jaken Kabupaten Pati mempunyai Visi Misi sebagai berikut:
Visi :
Berasaskan iman dan taqwa, meningkatkan prestasi
sehingga menjadi anak yang cerda, terampil dan berbudi pekerti luhur.
Misi :
a
Menumbuhkan
penghayatan terhadap agama yang di anut.
b
Menumbuhkan
penghayatan olah raga dan seni. Sehingga menjadikan sifat jujur dan bertanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Di TK Budi Mulyo desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati mempunyai tenaga pendidik 2 orang yang semuanya perempuan.
Pendidik tersebut mendidik siswa sebanyak anak dengan 18 kelompok yaitu
kelompok B dengan rincian sebagai berikut:
Kelompok
B, terdiri dari:
Laki-laki : 8 anak
Perempuan
:10 anak
2.
Struktur
Organisasi Sekolah dan Uraian Tugas tiap komponen
Untuk struktur organisasi sekolah yang ada di TK Budi
Mulyo sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo
Kecamatan Sukolilo
3.
Program
Tahunan/Semester, Pembagian Tugas Guru Dan Jadwal Pembelajaran
Perencanaan
semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang
ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap
jaringan tema dan penyebarannya kedalam semester 1 dan 2.
TK
Budi Mulyo Desa Kedumulyo dalam satu tahun ada 11 tema yang dibagi dalam
semester 1 dan 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Tabel 4.1
Tema Semester 1
No
|
Tema
|
Alokasi
Waktu
|
1
|
Diri Sendiri
|
3
Minggu
|
2
|
Lingkunganku
|
4
Minggu
|
3
|
Kebutuhanku
|
4
Minggu
|
4
|
Binatang
|
3
Minggu
|
5
|
Tanaman
|
3
Minggu
|
Jumlah
|
17
Minggu
|
Dari
tabel diatas diketahui bahwa tema semester 1 terdiri dari diri sendir,
lingkunganku, kebutuhanku, binatang dan tanaman.
Tabel 4.2
Tema Semester II
No
|
Tema
|
Alokasi
Waktu
|
1
|
Rekreasi
|
4
Minggu
|
2
|
Pekerjaan
|
3
Minggu
|
3
|
Air, Api dan Udara
|
2
Minggu
|
4
|
Alat Komunikasi
|
2
Minggu
|
5
|
Tanah Airku
|
3
Minggu
|
6
|
Alam Semesta
|
3
Minggu
|
Jumlah
|
17
Minggu
|
Dari
tabel diatas diketahui bahwa tema semester II terdiri dari Rekreasi, Pekerjaan,
Air Api Dan Udara, Alat Komunikasi Dan Alam Semesta.
4. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain Pengamatan dan Catatan
Anekdot yang berguna untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak dalam
kehidupan sehari-hari secara terus menerus dan juga merupakan catatan tentang
sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Adapun alat yang digunakan,
antara lain:
a.
Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat
menggambarkan sejauh mana ketrampilan anak berkembang.
b.
Unjuk kerja (performace), penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas
dalam perbuatan yang dapat diamati misalnya praktek mengaji, olah raga,
memperagakan sesuatu.
c.
penugasan (project) merupakan tugas yang harus dikerjakan anak dengan waktu
yang relatif lama dalam mengerjakannya, missal melakukan percobaan menaman
biji.
d.
Hasil karya (product) merupakan hasil kerja anak didik dalam melakukan suatu
kegiatan.
e.
Observasi adalah cara pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilaku anak.
f.
Catatan anekdot (anecdot record) adalah catatan tentang sikap dan perilaku anak
secara khusus (peristiwa yang terjadi secara insidental/tiba-tiba).
5.
Pengaturan laporan kemajuan
belajar siswa
Untuk
laporan kemajuan anak didikm di kelompok bermain Pertiwi menggunakan dasar
hasil rangkuman perkembangan anak didik setiap akhir semester I dan II.
Sedangkan penilaian dalam bentuk uraian (deskripsi) singkat yang terdiri dari
program pengembangan yaitu:
a.
Program pemgembangan pembiasaan.
b.
Progam pengembangan kemampuan dasar.
Sedangkan
tehnik laporan perkembangan anak didik TK dilaporkan oleh kepala TK/Guru secara
lisan dan tertulis. Cara yang ditempuh dengan bertatap muka serta kemungkinan
adanya hubungan dan informasi timbal balik antara pihak TK dan orang tua/wali.
6. Pencatatan
kehadiran siswa
di sekolah
Kehadiran anak didik dicatat setiap hari untuk melihat
frekuensi kehadirannya. Ada tiga macam format untuk mencatat kehadiran anak:
a.
Papan absen harian anak
didik, ukuran papan 30 cm x 50 cm di tempel pada dinding ruang belajar .
b.
Buku absensi bulanan
anak.
c.
Buku rekapitulasi
absensi bulanan anak didik.
7. Pengaturan
pembinaan dan tata tertib anak didik.
Tata tertib siswa-siswi, datang pukul 07.30 anak
tidak diperbolehkan membawa uang saku melainkan membawa bekal sendiri dari
rumah.
8. Keuangan
TK Budi Mulyo
a. Cara mendapatkan sumber
keuangan TK, Untuk sumber keuangan didapat dari:
1)
Iuran anak didik tiap
bulan sebesar Rp.15.000,-.
2) Dana
APBD daerah melalui GOPTKI
3) Dari
pihak desa sebagai penyelenggara.
b.
Mekanisme
pencairan dan pengelolaan keuangan
Untuk mekanisme pencairan keuangan
adalah dari pengajuan kebutuhan dengan diketahui oleh kepala sekolah kemudian
diajukan kebendahara baru dicairkan. Sedangkan untuk pencatatan dibagi dalam 3
buku kas yaitu buku kas umum, buku kas harian dan buku kas pembantu.
c.
Kebijakan
dalam pengelolaan keuangan di kelompok bermain
1) Menyusun rencana kegiatan tahunan.
2) Menyusun dana yang diperlukan untuk menunjang
kegiatan.
3) Penyusunan perencanaan kegiatan yang
ditekankan pada program yang telah ditetapkan dalam subsidi.
4) Perencanaan
kegiatan gaji/honorarium.
d.
Pengaturan
pendayagunaan prasarana dan sarana TK
Dalam
pendayagunaan sarana dan prasarana TK yang ada didalam kelas ditempatkan
disudut-sudut area belajar sedangkan yang ada diluar kelas diletakkan di
halaman Taman Kanak-Kanak.
e.
Sistem
inventarisasi sarana dan prasarana
Untuk
invetarisasi sarana prasarana dicatat dalam buku sebagai berikut:
1) Buku
Daftar Inventaris
2) Buku
Pembantu Inventaris
3) Buku
Inventaris Perpustakaan
4) Buku
Asal Pengadaan Barang
f.
Sistem
Pemeliharaan
Untuk
sistem pemeliharaan dilakukan dengan menyimpan dan menempatkannya di
sudut-sudut kegiatan atau area belajar.
9.
Hubungan
Masyarakat
a. Hubungan
Kerjasama TK dengan Komite
Kerjasama
antara orang tua masyarakat dengan pihak sekolah berjalan dengan sangat baik,
ini dibuktikan dengan adanya kepengurusan komite yang tiap semester selalu
mengadakan evaluasi dengan pihak sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki
kekurangan yang ada di TK.
b. Usaha
dan pendayagunaan sumber daya lingkungan
Pada penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak dikenal adanya kerjasama
yang baik antara 3 komponen, yaitu Depdiknas, GOPTKI dan IGTKI-PGRI. Untuk
pihak sekolah selalu bekerjasama dengan ketiga komponen ini demi kemajuan
pendidikan.
Sedangkan untuk kegiatan keseharian pihak sekolah selalu
memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada disekitar sekolah sebagai bahan
ajar.
c. Pengaturan
penyelenggaraan peringatan hari besar dan upacara TK.
Setiap ada peringatan hari besar nasional selalu mengadakan acara
seperti peringatan Maulid Nabi, isro’ mi’roj, Idul Fitri maupun bulan Romadhon
selalu diadakan kegiatan yang berupa pengajian dan tadarus Al Qur’an.
Sedangkan
untuk hari besar nasional seperti hari Kartini serta hari pendidikan nasional,
dan hari besar nasional serta hari kemerdekaan RI, pihak sekolah selalu
mengadakan upacara dan lomba. Untuk upacara sendiri tiap hari Senin sekolah
selalu mengadakan dengan anak-anak sebagai petugasnya.
B.
Deskripsi
Data Pra Survey
Kondisi
awal bidang pengembangan penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng di TK Budi Mulyo yaitu baru 5 anak atau sekitar 22,7 %
untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel
4.3
Hasil
Prosentase Kondisi Awal
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
9
|
5
|
4
|
9 x 100 = 50 %
18
|
5 x 100 = 27%
18
|
8 x 100 = 22 %
18
|
Dari
tabel 4.3 menunjukkan :
1) Ada
9 anak yang mendapat nilai tidak tuntas karena tidak aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Dari
5 anak yang mendapat nilai kriteria cukup yang dapat dikategorikan tuntas.
3) Dari
4 anak yang mendapat nilai kriteria baik yang dapat dikategorikan tuntas.
Dari tabel diatas terlihat bahwa
anak yang mampu memahami penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng baru 4 anak
sedangkan anak yang mendapatkan nilai cukup dalam penerapan rasa cinta tanah
air melalui permainan cublak-cublak suweng ada 5 anak. Anak yang sama sekali
belum memahami ada 9 anak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan
grafik berikut sajian dalam grafik batang hasil observasi prasiklus:
Grafik
4.1
Grafik hasil prosentasi kondisi awal
Dari
grafik diatas terlihat bahwa anak yang mampu memahami penerapan rasa cinta
tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng baru 4 anak sedangkan anak yang mendapatkan
nilai cukup dalam penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan
cublak-cublak suweng ada 5 anak. Anak yang sama sekali belum memahami ada 9
anak, sehingga menurut peneliti ini perlu diambil tindakan.
C.
Deskripsi
dan Interprestasi Hasil Penelitian
1.
Hasil
penelitian siklus I
a. Tahap
Perencanaan Tindakan
Pada
tahap ini dengan kegiatan pengenalan metode bercakap-cakap kepada teman
sejawat, selanjutnya bersama dengan teman sejawat melakukan penyusunan
langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan tehnik yang
baru. Kemudian menyiapkan (RKH) Rencana Kegiatan Harian. Didalam RKH memuat
skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evaluasi, serta
format observasi pembelajaran.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2012 pada
kelompok B di TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
Dengan jumlah anak didik yang mengikuti pembelajaran 18 siswa. Dalam penelitian
ini peneliti bertidak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai
observer. Adapun pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat
dalam RKH observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus I.
Adapun Pelaksanaannya
sebagai berikut:
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercakap-cakap tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Hari Kemerdekaan Negara Kita Apa ya...?” sebagian anak menjawab “17
Agustus Bu....” sebagian Cuma diam. Kemudian guru mengajak anak bernyanyi
dengan judul “17 Agustus”
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, “Permainan Cublak-Cublak Suweng”
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7)
Guru menyuruh anak
memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab untuk
menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Setelah melakukan diskusi
dengan teman sejawat sebagai pengamat maka diperoleh kesepakatan bahwa
observasi dilakukan terhadap proses dan hasil perbaikan.
Pengamat didalam merekam
perubahan perilaku cukup dengan menggunakan format atau lembar pengamat atau
observasi dimana pengamat tinggal membubuhkan tanda ceklis √ pada tempat yang
disediakan dan sedikit komentar sebagai masukan atau saran perubahan tingkah
laku anak dalam kegiatan pengembangan membaca anak dengan pemahaman huruf abjad
melalui media 3 dimensi.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
pengamat melakukan observasi terhadap aktifitas guru dan anak yang diamati
diantaranya:
1) Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2) Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3) Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4) Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5) Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6) Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7) Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Berikut Tabel Prosentase Siklus I
Tabel 4.4
Hasil
Prosentase siklus I
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
7
|
5
|
6
|
7
x 100 = 39 %
18
|
5 x 100 = 28%
18
|
6 x 100 = 33 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 6
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 5 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 7 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.2
Grafik hasil prosentasi siklus I
Berdasarkan grafik diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam
menerapkan serta keberanian memainkan permainan siswa ternyata belum memenuhi
target nilai yaitu 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan dalam menerapkan
rasa cinta tanah air mendapatkan nilai kurang karena hanya sekitar anak atau
33%.
Rendahnya prestasi siswa yang
mampu dalam mendengarkan penjelasan arti rasa cinta tanah air dan mampu
menerapkan rasa cinta air serta memahami permainan cublak-cublak suweng di
siklus pertama belum berhasil dikarenakan ada sedikit rencana yang kurang
lancar yaitu masalah waktu serta anak-anak masih egois. Ini dikarenakan
anak-anak disibukkan dengan bermain sendiri tanpa memperhatikan instruksi dari
guru.
d. Tahap
Observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
e. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus pertama didapatkan bahwa
dari 18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air belum mendapatkan nilai yang
diharapkan karena dibawah nilai 70 atau keseluruhan anak belum mampu menerapkan
rasa cinta tanah air.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 58 atau keseluruhan anak
masih kurang dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai kurang
dari 70 atau keseluruhan anak belum berhasil dengan baik .
2. Siklus
2
a. Tahap
Perencanaan Tindakan
Rencana
tindakan pada siklus kedua ini di dasarkan hasil analisis dan refleksi pada
siklus pertama. Diketahui bahwa kendala yang terjadi pada siklus pertama adalah
masalah waktu dan anak-anak masih egois atau mementingkan kepentingan individu.
Dengan demikian pada siklus kedua ini guru diharapkan memperbaiki kualitas dan
kuantitas dalam memotivasi kepada anak.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus satu dilaksanakan tanggal 7 Juni 2012 di
kelompok B TK Budi Mulyo dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 18
siswa dari 18 siswa. dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
sedangkan teman sejawat sebagai observer. Adapun pembelajaran dilaksanakan
dengan prosedur berikut:
1)
Menggali pengetahuan awal
siswa.
2)
Siswa diberi motifasi awal
sebelum pembelajaran dimulai.
3)
Guru mengawali dengan
bercerita tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang pentingnya
menanamkan rasa cinta tanah air.
4)
Guru memberi pertanyaan pada
siswa, “Apa lambang negara kita ?” sebagian anak menjawab “Burung Garuda
Bu....!” kemudian guru bertanya lagi, “ kalau dasar negara kita apa ya...?
serempak anak menjawab “Pancasila Bu.....!” kemudian guru mengajak bernyanyi “
Garuda Pancasila”.
5)
Guru menjelaskan tentang tata
cara dan urut-urutan, permainan disiklus 2 ini sedikit berbeda pada siklus 1,
anak yang tertebak membawa suweng akan ditempeli pipinya dengan kertas warna
sehingga permainan lebih menarik.
6)
Guru membagi anak menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 6 anak.
7)
Guru menyuruh anak
memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8)
Guru menyuruh masing-masing
kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan anak yang lainnya
menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng (Subang)
dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak yang
tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang) tersebut.
Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian tengkurab dan
dicoreti kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa subag.
9)
Anak melaksanakan permainan
cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan, guru memberikan
motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
c. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Setelah
melakukan diskusi dengan teman sejawat sebagai pengamat maka diperoleh
kesepakatan bahwa observasi dilakukan terhadap proses dan hasil perbaikan.
Pengamat didalam merekam
perubahan perilaku cukup dengan menggunakan format atau lembar pengamat atau
observasi dimana pengamat tinggal membubuhkan tanda ceklis √ pada tempat yang
disediakan dan sedikit komentar sebagai masukan atau saran perubahan tingkah
laku anak dalam kegiatan pengembangan membaca anak dengan pemahaman huruf abjad
melalui media 3 dimensi.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
pengamat melakukan observasi terhadap aktifitas guru dan anak yang diamati
diantaranya:
1. Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2. Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3. Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4. Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5. Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6. Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7. Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Berikut Tabel Prosentase Siklus II
Tabel 4.5
Hasil
Prosentase siklus II
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
4
|
3
|
11
|
4
x 100 = 22 %
18
|
3 x 100 = 16%
18
|
11 x 100 = 61 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 11
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 3 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 4 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.3
Grafik hasil prosentasi siklus II
Berdasarkan
diagram batang diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam penelitian
meningkatkan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng ternyata belum
juga sudah target nilai yaitu diatas 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan
dalam penerapan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
mendapatkan nilai cukup karena masih belum mencapai diatas 70 yaitu nilai
rata-rata yang telah ditemukan.
d. Tahap
observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
f. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan bahwa dari
18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air mendapatkan nilai 61 atau
keseluruhan anak masih belum mencapai target yaitu 70.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 65 atau keseluruhan
anak masih kurang dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai 62 atau
keseluruhan anak masih perlu perbaikan.
3. Siklus
III
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan
Dalam
perbaikan pembelajaran bidang pengembangan motorik kasar yaitu permainan
cublak-cublak suweng, sesuai dengan analisis
dan refleksi di siklus II maka pendidik merasa belum begitu berhasil sehingga
perlu diadakan perbaikan dalam siklus ke 3.
Untuk
melakukan hal tersebut maka penulis melakukan perbaikan sebagai berikut:
a) Penyusunan
RKH.
b) Menggali
pengetahuan awal siswa.
c) Siswa
diberi motifasi awal sebelum pembelajaran dimulai.
d) Penyusunan
skenario permainan cublak-cublak suweng.
e) Memberikan
penjelasan mengenai langkah-langkah gerakan dan lagu pada permainan
cublak-cublak suweng.
f) Siswa di
minta untuk bernyanyi sambil mempraktekkan gerakan-gerakannya.
g) Siswa
diberi tes akhir siklus 1.
h) Menyiapkan
instrumen observasi.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus ketiga dilaksanakan tanggal 8 Juni 2012 di
kelompok B TK Budi Mulyo dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 18
siswa dari 18 siswa. dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
sedangkan teman sejawat sebagai observer. Adapun pembelajaran dilaksanakan
dengan prosedur berikut:
1) Menggali
pengetahuan awal siswa.
2) Siswa
diberi motifasi awal sebelum pembelajaran dimulai.
3) Guru
mengawali dengan bercerita tentang Tanah Air dan memberi penjelasan tentang
pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air.
4) Guru
memberi pertanyaan pada siswa
a) Kenapa
kita harup menanamkan rasa cinta kepada tanah air?
b) Lagu apa
saja yang bertemakan tanah air?
c) Bentuk
penanaman apa yang patut kita tanamkan untuk menunjukkan kalau kita punya rasa
cinta terhadap tanah air?
5) “Guru
menjelaskan tentang tata cara dan urut-urutan, permainan disiklus 3 ini sedikit
berbeda pada siklus 1 dan 2, selain anak yang tertebak membawa suweng akan
ditempeli pipinya dengan kertas warna, disiklus 3 ini anak yang aktif atau
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik akan mendapatkan reward atau
penghargaan dari guru sehingga permainan lebih menarik dan anak lebih semangat
melaksanakan permainan.
6) Guru
membagi anak menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.
7) Guru
menyuruh anak memeragakan apa yang sudah dijelaskan guru.
8) Guru
menyuruh masing-masing kelompok untuk sut, yang kalah tengkurap/telungkup dan
anak yang lainnya menidurkan tangannya diatas punggung anak yang tengkurap. suweng
(Subang) dilepas dan ditekankan pada telapak –telapak tangan tersebut. Si anak
yang tengkurab tersebut harus menebak siapa yang membawa suweng (subang)
tersebut. Apabila tertebak maka anak yang membawa suweng tersebut gantian
tengkurab dan dicoreti kapur oleh si penebak untuk menebak siapa yang membawa
subag.
9) Anak
melaksanakan permainan cublak-cublak suweng, dan bagi yang mengalami kesulitan,
guru memberikan motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak.
e. Pengamatan
atau Pengumpulan Data atau Instrumen
Pengamatan
pada siklus III ini anak sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan anak
lebih tertarik pada permainan di siklus 3 ini karena selain bermain dengan
banyak teman bisa memperoleh hadiah dari guru.
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap
aktifitas guru dan anak yang diamati diantaranya:
1) Persiapan
sarana dan prasarana yang akan digunakan selama proses perbaikan pembelajaran.
2) Penguasaan
materi oleh guru untuk proses perbaikan.
3) Penggunaan
dan pemanfaatan alat peraga oleh guru.
4) Bahasa
yang digunakan guru untuk menerangkan dalam proses kegiatan berlangsung.
5) Apakah
guru memberi kesempatan anak bertanya.
6) Ada
berapa anak yang belum menyelesaikan permainan cublak-cublak suweng.
7) Apakah
guru membantu anak yang belum bisa menyelesaikan permainan cublak-cublak
suweng.
Tabel
4.6
Hasil
Prosentase siklus III
Kemampuan yang dicapai
|
||
O
|
√
|
·
|
1
|
2
|
15
|
1
x 100 = 5 %
18
|
2 x 100 = 11%
18
|
15 x 100 = 83 %
18
|
Dari tabel diatas anak yang mengerti
tentang penerapan rasa cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
dan, keberanian memainkan permainan ada 15
anak, yang memperoleh nilai cukup ada 2 anak sedangkan yang mendapat nilai
kurang ada 1 anak.
Berikut
sajian dalam bentuk diagram batang:
Grafik
4.4
Grafik hasil prosentasi siklus III
Berdasarkan
diagram batang diatas setelah dilaksanakan evaluasi, dalam penelitian
meningkatkan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng ternyata sudah
mencapai target nilai yaitu diatas 70 atau dikatakan peningkatan kemampuan
dalam penerapan cinta tanah air melalui permainan cublak-cublak suweng
mendapatkan nilai baik karena sudah mencapai nilai diatas 70 yaitu nilai
rata-rata yang telah ditentukan.
f. Tahap
observasi
Observasi
dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai
melaksanakan pembelajaran dengan metode percakapan dan unjuk kerja, ini dapat
dilihat siswa diajak untuk mendengarkan penjelasan apa arti cinta tanah air dan
mengajak untuk bermain cublak-cublak suweng.
g. Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan bahwa dari
18 siswa yang mengikuti pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Aspek
mendengarkan penjelasan arti cinta tanah air mendapatkan nilai 83 atau
keseluruhan anak sudah mencapai target yaitu 70.
2) Aspek
memahami penerapan rasa cinta tanah air mendapatkan nilai 80 atau keseluruhan
anak sudah mampu dalam memahami penerapan rasa cinta tanah air.
3) Aspek
keberanian memainkan permainan cublak-cublak suweng mendapatkan nilai 85 atau
keseluruhan anak sudah mencapai target yang ditentukan.
D.
Pembahasan
1. Pembahasan
Siklus I, II dan III
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III dapat
dikatakan bahwa dalam permainan cublak-cublak suweng dapat meningkatkan
penerapan rasa cinta tanah air pada anak Taman Kanak-Kanak. Hal ini dapat
dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap keaktifan anak pada siklus I dan II
mengalami peningkatan dari siklus I, ketuntasan belajar anak juga mengalami
peningkatan.
Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I dapat dipaparkan sebagai
berikut ; pada aspek kesiapan anak dalam mengikuti permainan cublak-cublak
suweng diantaranya dalam mendengarkan penjelasan materi dari guru, kemampuan
anak dalam mengikuti gerakan – gerakan yang diajarkan guru, kemampuan anak
dalam melakukan bertanya ketika belum bisa, serta kemampuan anak dalam hafalan
bernyanyi.
Selama pelaksanaan siklus I ada
sebagian anak yang merasa
senang dengan permainan cublak-cublak suweng ini. Hal tersebut ditunjukkan pada aspek
banyaknya anak yang antusias mengikuti kegiatan ditandai rasa senang, tertarik,
tanggung jawab terhadap tugasnya meskipun tidak semua
anak merasa tertarik dan senang, sehingga
keinginan untuk mengikuti permainan
cublak-cublak suweng sampai dengan
jam pelajaran habis, bahkan ada yang tidak mau istirahat karena rasa sukanya
terhadap kegiatan ini.
Pada
aspek kesiapan guru dalam memulai pelajaran (memberi apersepsi dan motivasi),
menjelaskan materi yang akan dipelajari dan menjelaskan pentingnya penerapan
rasa cinta tanah pada budaya Indonesia. Juga dalam membimbing anak dalam
melakukan kegiatan permainan cublak-cublak suweng, pengelolaan kelas juga
dirasa masih dalam kategori sangat kurang. Hal tersebut menunjukkan aktivitas
guru selama pembelajaran berlangsung masih sangat kurang.
Berdasarkan
hasil kegiatan permainan cublak-cublak suweng anak TK Budi Mulyo Desa Kedumulyo pada
siklus I yaitu anak yang mendengarkan penjelasan rasa cinta tanah air ada 71
anak, anak mampu menerapkan rasa cinta tanah air ada 58 anak sedangkan
bersemangat memainkan permainan ada 64 anak. Sehinga dari hasil belajar siklus
I belum dikatakan berhasil karena belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 70%
dari nilai rata-rata siswa.
Selama
proses pembelajaran siklus I berlangsung, ditemukan beberapa hambatan atau
kelemahan yaitu:
a) Diperlukannya
bimbingan dari guru untuk melakukan permainan cublak-cublak suweng
b) Terbatasnya
waktu yang digunakan dalam melakukan permainan cublak-cublak suweng.
c) Kesiapan
anak untuk mengikuti permainan cublak-cublak suweng masih sangat rendah.
d) Antusiasme
anak untuk permainan cublak-cublak suweng juga masih sangat rendah.
e) Anak
Lebih tertarik dalam permainan modern.
f) Kurangnya
kekompakan anak. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I belum
mencapai indikator penelitian yang ditetapkan, maka perlu dilaksanakan siklus
berikutnya yaitu siklus II.
Pelaksanaan silkus II keaktifan anak dan kemampuan guru
dalam permainan cublak-cublak suweng sudah mengalami peningkatan yang cukup
baik bila dibandingkan pada siklus I. Peningkatan tersebut mencapai kriteria cukup
pada peserta didik dan memperoleh nilai rata-rata 61 Hal ini dapat dilihat dari
hasil pengamatan yang diperoleh pada saat pembelajaran siklus II berlangsung. Karena
belum mencapai target yang tentukan maka peneliti mengadakan siklus ke III.
Dalam
pelaksanaan di siklus III anak sudah banyak mengerti arti penerapan rasa cinta
tanah air dan faham atas permainan tradisional (cublak-cublak suweng), pada
siklus III anak lebih tertarik bahkan semua anak merasa senang dan gembira
karena mendapatkan reward atau penghargaan dari guru, sehingga suasana kelas
menjadi sangat ramai dan menyenangkan.
Untuk
mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklus berikutnya dapat dilihat
dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Kegiatan Anak Pada Saat
Kegiatan Belajar Mengajar Per Siklus
No
|
Kegiatan/ Aspek yang Diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Mendengarkan
penjelasan guru/teman.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
2.
|
Aktif
dalam permainan cublak-cublak suweng.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
3.
|
Ketepatan anak dalam mengikuti gerakan – gerakan cublak-cublak
suweng yang diajarkan
guru.
|
Baik
|
Baik
|
Baik sekali
|
4.
|
Kemampuan anak dalam melakukan permainan
cublak-cublak suweng
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
5.
|
Kemampuan anak dalam bertanya ketika belum mampu
melakukan permainan cublak-cublak suweng.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
6.
|
Kekompakan
dalam kelompok.
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
7.
|
Hafalan
dalam lagu
|
Cukup
|
Baik
|
Baik sekali
|
Pada aspek kegiatan kemampuan guru, dalam melakukan
apersepsi dan pemberian motivasi, kemampuan guru dalam penguasaan materi,
penyampaian materi secara runtut, melaksanakan pembelajaran dan melakukan
penilaian akhir sesuai dengan kompetensi, kemampuan guru dalam mengkoordinir
anak untuk melakukan kegiatan permainan cublak-cublak suweng sudah sangat baik
dengan prosentase hasil penilaian kegiatan guru mencapai rata-rata 85 %.
Pada
kegiatan permainan cublak-cublak suweng ternyata memang mampu meningkatkan rasa
cinta tanah air siswa. Hal ini karena dalam permainan cublak-cublak suweng
termasuk melestarikan budaya bangsa dan perlu kekompakan dalam kelompok. Lewat permainan,
mereka bisa bernyanyi sambil bermain anak bisa memperoleh berbagai manfaat,
selain melestarikan permainan budaya bangsa anak juga memperoleh kedekatan
dengan teman-temannya.
Berdasarkan
uraian di atas menunjukkan bahwa didalam Permainan
Cublak-Cublak Suweng Dapat Meningkatkan
Rasa Cinta Tanah Air Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di TK Budi Mulyo Desa
Kedumulyo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Sikap cinta tanah air
perlu ditanamkan sejak usia dini, agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan sikap
dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari
penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan Indonesia. karena penyimpangan dapat merugikan diri sendiri tapi
juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara. Karena nilai-nilai kebudayaan begitu pula dengan semangat persatuan dan kesatuan kita
yang juga perlu ditanamkan sejak dini. Perwujudan rasa persatuan dan cinta
tanah air harus kita laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal
kita, bahkan di manapun kita berada. Semangat persatuan dan kesatuan dalam
bermasyarakat harus dijaga guna mempererat tali persaudaraan, saling
melindungi, perdamaian dan kenyamanan pun akan terjaga. Kita sebagai warga
negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan
norma-normanya. Karena nilai-nilai kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita
terhadap bangsa dan negara.
B.
Saran
1.
Di lingkungan sekolah diharapkan tenaga pendidik memberikan pelajaran yang bersangkutan dengan cinta tanah
air. supaya anak mengerti tentang betapa pentingnya cinta tanah air. Menerapkan
kurikulum yang berbasis budaya lokal dan nasional mulai dari tingkat pendidikan
yang paling rendah. Menentukan metode dan media pembelajaran yang paling tepat
dan sesuai dengan tahap perkembangan.
2.
Di lingkungan keluarga perlunya orang tua
menanamkan rasa cinta tanah air yang diliputi oleh rasa kebanggaan tehadap
produk dalam negeri, memehami budaya yang dimiliki bangsa, dan sebagainya.
3.
Di lingkungan masyarakat, hindarilah segala
sesuatu yang dapat menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada, terus
maju dan bersatu meraih cita-cita bersama dengan penuh rasa cinta kita terhadap
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2007.
“Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini”. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anggoro, Tona. 2008. “Metode
Penelitian” . Jakarata:
Universitas Terbuka.
http://echa-keysha.blogspot.com/2009/10/bermain-cublak-cublak-suweng.html
http.//putromacan90.blogspot.com/2011/arti-dari-lagu-cublak-cublak-suweng-html.
Muhammad, As’adi, 2010.
Deteksi Bakat & Minat Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2009.
Tips Jitu Memilih Mainan Positif & Kreatif Untuk Anak Anda. Jogjakarta :
DIVA Pres.
Seri Ayah Bunda. 2001. “Balita dan Masalah Perkembangannya”,
Jakarta: Gaya Favorit Press.
Seri Ayah Bunda. 2002. “Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak”.
Jakarta: Gaya Favorit Press.
Suryani, Lilis. 2008. “Metode
Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini”. Jakarata: Universitas Terbuka.
Syaodih, Ernawulan. 2008.
“Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini”. . Jakarata: Universitas Terbuka.
W. Santrock, John. 2002.
“Perkembangan Anak”. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar