Senin, 12 November 2012

proposal kemampan berhitung melalui permainan ikan


I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di TK Negeri Pembina Gabus. Penulis menemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak didik belajar berhitung dengan benda – benda yang ada di lingkungan, lebih menyukai pembelajaran mewarnai, motorik halus dan bermain di luar.
Dengan memberikan motifasi kepada anak karena motifasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak secara terus menerus. Contoh motifasi Intrinsik adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.
Di TK Negeri Pembina Gabus pembelajaran berhitung dengan benda – benda, menggunakan alat yang sederhana. Para pendidik menggunakan media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur, buku, jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan.
Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Kegiatan berhitung ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari – hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam berhitung dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung  Melalui Permainan Ikan Pada Anak Taman Kanak – Kanak                 ( PTK: TK Negeri Pembina Kec. Gabus Kab. Pati 2011 / 2012 ), sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa, yang berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

B.     Perumusan Masalah
Dengan adanya faktor – faktor di atas, untuk meningkatkan minat
Anak dalam pembelajaran. Penulis melanjutkan diskusi dengan teman      sejawat sehingga dapat diperoleh rumusan masalah yaitu:
a.       Apakah alat peraga yang digunakan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak?
b.      Apakah guru sudah menggunakan alat peraga dengan baik sesuai dengan minat anak?

C.    Rencana Pemecahan Masalah
Untuk mengoptimalkan kegiatan dalam menumbuhkembangkan keterampilan berhitung maka penulis mengaplikasikan permainan yang nantinya akan disenangi anak yaitu permainan ikan. Sebab dengan cara memberi alat permainanlah anak akan tertarik dengan materi yang diberikan guru. Permainan ikan merupakan sejenis permainan yang melibatkan benda yang berbentuk menyerupai ikan yang mampu menarik minat anak untuk berimajinasi sambil bermain matematika seperti penambahan dan pengurangan. Anak tidak akan merasa jenuh atau bosan dengan kegiatan ini sebab permainan ini menggunakan air yang pada dasarnya setiap anak menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan air.

D.    Tujuan Penelitian   

Secara umum penulisan laporan ini bertujuan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di IKIP VETERAN SEMARANG. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah:
1.      Meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung melalui permainan ikan.
2.      Anak dapat berfikir logis dan sistematis.
3.      Memotivasi anak untuk mengenal konsep bilangan dengan benar.
                                                                                       
E.     Manfaat Penelitian
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan perbaikkan pembelajaran, banyak sekali manfaatnya bagi anak TK, guru dan sekolah.
1.      Manfaat bagi anak TK:
a.       Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai media atau alat peraga.
b.      Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar berhitung permulaan melalui kegiatan bermain sambil belajar.
c.       Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan benda-benda dengan lambing bilangannya.


2.      Manfaat bagi guru:
a.       Menambah wawasan tentang rangsangan yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung permmulaan.
b.      Menambah pengetahuan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi berhitung.
c.        Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi kemampuan siswa.
3.      Manfaat bagi sekolah:
a.       Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi anak yang ada hubungannya dengan kemampuan leognitif anak usia TK.
b.      Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang membuat inovasi baru.
c.       Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena mutunya sangat bagus.

II.    LANDASAN TEORI
A.    Landasan Berhitung
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di TK adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.
Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan pre-operasional kongret dan berfikir intuitif dimana anak maupun mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda – benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya ( persepsi sendiri).

2.      Masa Peka Berhitung Pada Anak.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka ( kematangan ) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena anak TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan.
Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50 % dan potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80 % pada usia 8 tahun.
3.      Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya.
Hurlock ( 1993 ) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selajutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental adalah melalui pengalaman – pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda disekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya.
Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar ( learning to learn ) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan ditingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak maupun membaca, menulis dan berhitung tetapi merupakan cara belajar mendasar yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri) melatih kedisiplinan, keberminatan, inisiatif dan apresiatif. 

Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas. Permainan berhitung di TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu:
1)      Penguasaan Konsep.
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkret.
2)       Masa Transisi.
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dan pemahaman kongkrit itu masih ada dan mulai di kenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan anak yang secara individual berbeda.
3)      Lambang
Merupakan visualisasi dan beberapa konsep, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.

Konsep berhitung seperti apa yang harus di kenalkan pada anak? Pada anak usia pra-sekolah, matematika hanya pengalaman dan bentuk penguasaan. Ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada anak dengan memulai:
1.      Korespondensi, satu – satu.
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana. Contoh: satu buku, satu pensil, satu bola dan seterusnya.
2.      Pola.
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya.Setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.

3.      Memilih atau klasifikasi.
Anak belajar klasisfikasi materibpengelompokan berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan lain-lain.
4.      Membilang.
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka. Contoh: 1 2 3 4 5 ……..dst.
5.      Makna Angka dan Pengenalannya.
Setiap angka memiliki makna dan benda-benda atau simbol-simbol angka dan gambar berikut adalah:
                                                            = 2 ikan

                                                                  =  3 ikan, dst.


6.      Bentuk.
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama / tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek.
7.      Ukuran.
Anak perlu pengalaman akan mengukur benda meliputi    berat, isi, panjang dengan cara mengukur langsung sehingga proses menemukan.
8.      Waktu dan ruang.
Dua hal ini merupakan bagian dari kehidupan sehari -hari.
Contoh:
·         Waktu: 1 hari, 2 hari.
·         Ruang: sempit, luas.
9.      Penambahan dan pengurangan.
Dua hal ini dapat dikenalkan pada pra-sekolah dengan memanipulasi benda:


Contoh penambahan:
                                             +                      =                             
       
            2              +         2           =                    4

Contoh pengurangan:
                             -            -           =
                          
                           4       -        1       =               3

Kecerdasan matematis-logis adalan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran benar. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran ( Armstrong,1999 ).
Lobus parietal adalah pusat sensorik, dengan rasa, seseorang dapat meraskan tangan, kaki, kepala, serta mengetahui posisi diri dalam ruang, seperti kanan – kiri, depan – belakang. Inilah yang menjadi dasar pengertian yang sangat diperlukan dalam berhitung, penulisan bulangan, dan bentuk geometri ( Markam, 2003 ).
Pengembangan matematika permulaan yaitu :
1.      Mengklasifikasi benda.
Kita dapat meminta anak untuk mengelompokkan benda berdasarkan ciri-  ciri tertentu.
2.      Membuat pola.
Merangkai sesuatu benda yang disusun berulang – ulang.
3.      Mengenali konsep angka ( mengenali arti angka, menghitung, konsponden satu – satu ).
4.      Kegiatan mengukur.
5.      Mengenal bentuk geometri.
Pengalaman langsung anak-anak dengan bahan-bahan yang berkaitan dengan matematika mempunyai banyak manfaat  ( pratl, 1995 ). Dengan menggunakan manipulasi kecerdikan mendorong anak-anak untuk berfikir dan bereaksi menghitung benda-benda dilingkungan mereka.
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia diri adalah pengembangan kepekaan pada bilangan. Berarti lebih dari sekedar menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu (Gelman, 1998).
Ketika kepekaan terhadap bilangan anak – anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung – menghitung, menghitung ini menjadi landasan bagi pererjaan diri anak – anak dengan bilangan (NCTM, 2000).

B.     Karakteristik Anak Taman Kanak-Kanak
Menurut ( Hartati, 2005 ) untuk menunjang perkembangan anak harus diketahui berbagai ciri khas atau karakteristik anak didik tersebut yaitu:                           
1)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.Pada masa bayi sering memasukan benda pada mulutnya. Di usia 3-4 tahun sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa  ingin tahunya.
2)       Merupakan pribadi yang unik.
Setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan masing-masing. Misalnya dalam hal gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.keunikan dapat berasal dari factor genetis atau berasal dari lingkunganya, sehingga keunikan setiap anak dapat terakomodir dengan baik.
3)       Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada dari dalam dirinya 
Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa didukung adanya data yang nyata ( ayah bunda, 1992). Salah satu imajinasi anak dapat berupa orang , hewan, atau benda yang diciptakan dalam khyalan untuk berperan sebagai seorang teman ( harlock,1993).
4)      Masa Paling Potensi Untuk Belajar.
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang   pesat pada berbagai aspek serta menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu. Peneliti ( galahue, 1993 ) menyatakan bahwa usia pra sekolah merupakan waktu yang paling optimal untuk perkembangan motorik anak.
5)      Menunjukkan Sikap Egosentris.
Sikap egosentris artinya anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak yang egosentis lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri dari pada orang lain dan tindakannya bertujuan menguntungkan dirinya. (Harlock, 1993).
6)       Memiliki Rentang DayaKonsentrasi Yang Pendek.
Anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain. Di usia ini anak mulai suka bergaul dan bermain dengan teman – teman sebayanya. Bermain Merupakan Dunia Masa Kanak – Kanak Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia orang dewasa.

C.    Bermain Dan Alat Permainan
1.      Pengertian bermain
Prinsip barmain di TK adalah bermain sambil belajar.Ketika bermain anak mengekspresikan diri dengan bebas tanpa merasakan paksaan. Mayke ( 1993 ) menyatakan bahawa belajar dengan bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasai, mempraktekkan konsep serta pengertian yang tidak terkira banyaknya.
Dalam kegiatan bermain anak menggunakan seluruh panca indranya, penglihatan, suara, rasa dan yang akan mempercepat kualitas hubungan anak. Karena anak usia TK belajar dalam situasi holistic dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, maka jenis, bentuk, ukuran serta kepentingan kegiatan pendidikan bagi anak. Ini berarti dalam memilih alat-alat bermain harus disesuaikan dengan umur, minat serta taraf pekembangan fisik dan psikis anak didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat peraga adalah:
a.       Alat bermain hendaknya multiguna artinya alat tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan yang lain.
b.      Alat bermain dapat menimbulkan kreatifitas, daya imajinasi dan daya khayal.
c.       Alat bermain disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan anak.
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek – aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain ( Dworetzky, 1990 : 395 – 396 ) yaitu :
a.       Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain di motivasi dari dalam diri anak. Pengaruh positif tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
b.      Bukan dikerjakan sambil lalu. karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura – pura.
c.       Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.
d.      Kelenturan. Bermain itu perlu yang lentur. Kelenturan di tunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

2.      Fungsi bermain
Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan sosial.
Langkah - langkah sikap yang baik ketika anak bermain adalah :
a.       Jangan di ganggu.
b.      Memberi kesempatan yang cukup.
c.       Memberi ruang yang cukup.
d.      Memberi kesempatan bermain dengan kreatif.
e.       Materi mudah dibentuk dengan ber ubah-ubah.
f.       Tambahkan dimensi kerja.

3.      Alat Permainan
a.       Pengertian Alat Permainan.
Pengertian alat permainan semua alat permainan yang digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya. Peralatan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak. Macam alat permainan sebagai pelengkap untuk bermain sangat beragam. Ada yang bersifat bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, menyusun suatu bentuk utuhnya dan lain-lain. Sewaktu bermain dengan alat permainan anak akan mendapatkan masukan pengetahuan untuk ia ingat.
b.      Fungsi Alat Permainan.
Fungsi alat permainan adalah untuk mengenal lingkungan dan juga mengajar anak mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan alat permainan anak akan melakukan kegiatan yan jelas dan menyenangkan ini juga akan meningkatkan sel otaknya dan menyuburkan proses pembelajaran.
c.       Macam-macam Permainan.
Permainan dapat di bedakan sebagai berikut:
1)      Permainan gerak.
2)      Permainan fantasi.
3)      Permainan menerima.
4)      Permainan bentuk.

D.    Kerangka Pikir
REFLEKSI AWAL
Dengan Media Yang Monoton
Kemampuan Berhitung
Tidak Optimal
Pemecahan Masalah:
Permainan Ikan
 



Perencanaan :                Pelaksanaan              Pengamatan                    Refleksi
-          RPP                         Tindakan
-          Media
-          Instrumen
 


Peningkatan                                                                                       kemampuan berhitung


E.     Hipotesis Tindakan
Permainan ikan dapat meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik di TK..................... Kab.Pati.

III. METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

B.     Latar Penelitian
Latar penelitian ini adalah TK Negeri Pembina di desa Karaban kecamatan Gabus kabupaten Pati.TK Negeri ini mempunyai 4 kelas yaitu TK A, B1, B2, B3. Kelompok B2  yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.

C.    Waktu Dan Tempat Penelitian
1.      Waktu penelitian.
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012.
·         Pra siklus   :        Desember 2011
·         Siklus I      :        Desember 2011
·         Siklus II    :        Desember 2011
2.      Tempat penelitian.
TK............................. Kab. Pati.

D.    Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya, peneliti menyiapkan dan merencanakan kegiatan yang dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan tahapan sebagai berikut :
SIKLUS I
Skenario Pembelajaran
1.      Menggunakan alat peraga bentuk ikan dari kardus.
2.      Guru mendemonstrasikan cara-cara berhitung dengan bentuk ikan dari kardus.
3.      Anak disuruh menghitung bentuk ikan dari kardus.
4.      Guru memberi bimbingan pada anak yang belum mampu berhitung dengan bentuk ikan tersebut .
5.      Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.

SIKLUS II
Skenario Pembelajaran
1.      Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak mengurutkan bilangan 1-10 dengan bentuk ikan dari kayu yang berangka .
2.      Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru dengan tertib.
3.      Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan tugas secara mandiri.
4.      Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
5.      Guru memberi penguatan pada anak yang sudah berhasil dan  membantu anak yang belum mampu.

E.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas( PTK) dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan        : bidang pengembangan kognitif 38.
Kegiatan          : membilang bilangan 1-10 dengan konsep benda.
1.      Pada kegiatan awal  berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a)      Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b)      Dapatkah  menyebutkan bendanya?
c)      Siapa yang menciptakan ?
2.    Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran hari itu.
3.    Guru menunjukan bentuk ikan dari kardus berangka.
4.    Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-10 dengan bentuk ikan.
5.    Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang satu persatu tanpa ada terlewatkan.
6.    Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami kesulitan guru mengadakan pendekatan dan memberi motivasi.
SIKLUS II
Perbaikan        : bidang pengembangan kognitif 33.
Kegiatan          : mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda.
1.      Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab kepada anak.
2.      Guru memperkenalkan sejumlah bentuk ikan,dengan bermacam ukuran yang berbeda.
3.      Guru memasang papan planel dan anak-anak memperhatikan.
4.      Guru mengajak bilangan yang ada pada bentuk ikan dan anak–anak disuruh menempelkan pada papan planel dengan urut setelah itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan bilanganya.
5.      Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal dan individu.
6.      Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak sudah jelas dengan kegiatan ini ?
7.      Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang mampu dan kurang jelas dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
8.      Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.

F.     Observasi Dan Evaluasi
Pada tahap ini, pengamat dengan bantuan teman sejawat mengamati semua proses kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi. Hal-hal yang perlu diamati adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan sarana.
2.      Pengusaan materi.
3.      Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga.
4.      Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan.
5.      Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan diskusi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi sehingga diperoleh hasil dari pengamatan tersebut berupa data yang nantinya akan dianalisis sehingga peneliti dapat melakukan tindakan perbaikan di siklus berikutnya.

G.    Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat telah mengadakan pengamatan, mengadakan diskusi mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan. Jika ada kegagalan harus ada penjelasan secara konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat bermanfaat untuk melaksanakan tindakan berikutnya apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja kolaborasi dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk menyusun tindakan berikutnya dalam siklus II,dst.



H.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas.

1.      Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap  perilaku guru dan anak.
2.      Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara perseorangan atau secara kelompok. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses  belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).

I.       Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari nontes berupa hasil wawancara yang berupa hasi berbicara peserta didik. Data kualitatif  berupa informasi yang berisi kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman peserta didik mengenai ketrampilan berbicara.

J.      Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan Ke:

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
PERSIAPAN









Menyusun konsep perencaan









Menyusun Instrumen









2
PELAKSANAAN









Melakukan Tindakan Siklus I









Melakukan Tindakan Siklus II









Melakukan Tindakan Siklus III,dst









3
PENYUSUNAN LAPORAN









Menyusun konsep laporan









Penyempurnaan laporan










K.    Sistematika Skripsi
Halaman Sampul
Abstrak
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
C.     Tujuan Penelitian
D.    Hipotesis Tindakan
BAB II                        KAJIAN PUSTAKA
A.    Konsep Teori
B.     Penelitian Terdahulu
C.     Indikator Kinerja
D.    Hipotesis Tindakan
BAB III          METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
B.     Latar Penelitian
C.     Perencanaan Tindakan
D.    Pelaksanaan Tindakan
E.     Observasi Dan Evaluasi
F.      Refleksi
G.    Teknik Pegumpulan Data
H.    Teknik Analisis Data
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Latar Penelitian
B.     Hasil Penelitian
C.     Pembahasan
BAB V            PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan  .Jakarta : Rineka Cipta
Anggani, Sudono, MA.1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak usia Dini  .Cetakan 1.Di cetak dan dijilid di Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Catharina Tri Ani. 2004 Psikologi Belajar.Semarang : UPT UNES Press
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :
Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak- kanak. Jakarta. PPS Universitas Negeri.Jakarta :
Moeslichatoen, R. 1999.Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak.Jakarta :Rineka
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak.Jakarta:Departement Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Siti Aisyah, DKK.2008.  Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Sugiono. 2005. Jakarta : Metode Penelitian Pendidikan . jilid 1.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Pengembangan KecerdasanMajemuk.Jakarta : Universitas Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk. 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Universitas Terbuka
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2008  Metode Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta :  Universitas Terbuka.