MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK
USIA 5-6 TAHUN MELALUI MEDIA STIKER
ALFABET
DI TK
.................................
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan
Memperoleh
Gelar Sarjana
Oleh :
Nama :
NPM :
Jurusan : PG. PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi
kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain. Di
dunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan kualias seorang
manusia. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan
luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang tidak
membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan tidak
berkualitas. Baca atau membaca dapat dirtikan sebagai kegiatan menelusuri,
memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian
huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan, bahkan gambar.
Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara
khusus membaca diartikan mengerti tulisan. Sekarang bagaimana menjadikan anak
mampu membaca dengan baik? Untuk menjadikan anak mampu membaca yang terpenting
dilakukan orangtua dan guru adalah memilih media atau sarana yang dapat
membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan.
Pendidikan
di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik (Anonymous,
2001:5). Pelaksanaan pendidikan tersebut harus terencana, terprogram dan tetap
memperhatikan tingkat perkembangan anak. Penggunaan strategi, metode dan
sumber/media belajar mengajar harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan
kemampuan anak didik.
Membaca
dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Membaca
merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk mengasah keingintahuannya.
Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik pada umumnya memiliki
kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan
interaktif dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan kemampuan
membaca anak dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius
bagi pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga). Perkembangan kemampuan
membaca anak dapat diamati melalui kemampuan bercerita, bercakap-cakap, membaca
puisi, menyanyi dan sebagainya, yang kesemuanya ini dapat diperoleh dari
berbagai sumber baik melalui bahan bacaan, diceritakan orang lain atau
mendengar siaran-siaran media masa baik lewat radio atau televisi. Upaya untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-Kanak dapat dilakukan
melalui berbagai cara dan tahapan-tahapan tertentu.
Dalam
rangka untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya usaha yang harus
dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan proses yang lebih rumit
dibandingkan dengan proses komunikasi lisan. Hal tersebut menunjukkan rendahnya
tingkat penguasaan materi anak terhadap pembelajaran. Dari 20 anak
yang berhasil hanya 5 anak, baru mencapai 25%. Itu
yang terjadi di TK --------------------------------Pati.
Oleh
karena itu usaha awal yang harus ditempuh guru TK --------------- membentuk kebiasaan dan kegemaran membaca melalui media yang dipilih dengan tujuan anak dapat tertarik minat bacanya sejak dini. Media
itu adalah stiker alfabet agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan tentunya lebih
meningkatkan hasil kemampuan membaca siswa di
TK----------------
dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar mencapai ketuntasan >
75%.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Anak Usia 5 Tahun melalui Media
Stiker Alfabet di TK----------------------------------------”.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran aspek bahasa mengalami berbagai masalah yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam memahami materi. Dari
kejadian tersebut penulis mendiskusikan dengan teman sejawat sehingga diperoleh
hasil identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Guru terlalu lama
memberikan materi.
2. Guru kurang
menyediakan fasilitas pembelajaran yang berupa alat peraga.
3. Siswa kurang aktif
dalam pembelajaran.
4. Siswa kurang respon
terhadap pertanyaan guru.
5. Hanya siswa yang
pandai yang cepat selesai mengerjakan tugasnya.
C.
PEMBATASAN
MASALAH
Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu
luas, maka penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu yang berkaitan dengan meningkatkan
kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun melalui media stiker alfabet di TK -------------------------------------- Pati. Penelitian
ini dikenakan pada anak dengan jumlah 20 di Taman Kanak-Kanak ---------------------------------- Pati.
D.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana
meningkatkan pemahaman anak dalam membaca melalui stiker alfabet?
E.
TUJUAN
PENELITIAN
Setiap tindakan ataupun kegiatan manusia di dunia
pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan membaca anak melalui media stiker alfabet di TK ----------------------------- Pati.
F.
MANFAAT
PENELITIAN
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan perbaikan pembelajaran, diperoleh banyak sekali manfaat bagi siswa, guru
dan sekolah.
1.
Secara Teoritis
a.
Sebagai pendorong untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik sehingga dapat
menjadi produk pengetahuan bagi orangtua dan guru.
b.
Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak
terutama membaca.
2.
Secara Praktis
a.
Manfaat bagi siswa
1)
Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar anak dalam aspek pembelajaran
bahasa.
2)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
perkembangan bahasa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Manfaat bagi guru
1)
Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternative pembelajaran
yang tepat dalam menyampaikan materi bahasa, khususnya membaca.
2)
Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan perencanaan dan
evaluasi kemampuan siswa.
3)
Dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan profesionalisme
keguruan.
c.
Manfaat bagi sekolah
1)
Siswa yang bersangkutan akan lebih maju karena siswa dan gurunya sama-sama
memiliki kemampuan yang bagus.
2)
Sekolah tidak akan enggan atau ragu untuk melengkapi fasilitas sarana dan
prasaran demi tuntutan kemajuan zaman.
3)
Sekolah dipercaya dan didukung oleh masyarakat jika mutu atau SDM siswa dan
gurunya bagus.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HAKEKAT MEMBACA
1.
Pengertian Membaca
Membaca
merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan, karena kegiatan membaca
merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Hal ini
ditegaskan oleh Grellt (dalam Muchlisoh dkk, 1992:119), bahwa “kegiatan membaca
adalah semacam dialog antara pembaca dan penulis, tanpa kecuali anak usia dini,
dan kemampuan membaca mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga dapat dikatakan
bahwa membaca merupakan aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal
dalam membuka cakrawala berpikir seseorang”. Demikian pula menurut Flood dan
Lapp (1981:350), bahwa “membaca merupakan suatu proses berpikir yang mana
pembaca menjadi partisipan aktif”.
Anderson
yang dikutip oleh Tarigan (1986:8), menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan melalui media kata-kata, di mana kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan
yang dapat dilihat dan mempunyai makna. Proses membaca dimulai dari keinginan
anak untuk memahami dan melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian kata-kata
yang penuh makna.
Oleh
karena itu, permulaan membaca bagi anak di Taman Kanak-Kanak harus memperoleh
perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak menyadari bahwa dengan
membaca anak-anak dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi dari
media cetak, dan pada akhirnya mereka dapat menginformasikan dan
mengkomunikasikan itu kepada orang lain.
2.
Jenis-jenis
Membaca
Menurut
Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut. Membaca
terdiri atas :
a.
Membaca
nyaring
Membaca
nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut
demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca.
b.
Membaca
dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas :
1)
Membaca
ekstensif
Membaca Ekstensif, terdiri atas :
membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca ekstensif merupakan proses
membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan
banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca
ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan
waktu yang cepat dan singkat.
2)
Membaca
intensif.
Membaca Intensif : membaca telaah
isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Membaca Telaah Bahasa : membaca
bahasa, membaca sastra.
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
a)
Membaca
Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan suatu
kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan
cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman
adalah:
(1)
memiliki
kosa kata yang banyak;
(2)
memiliki
kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
(3)
memiliki
kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).
memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).
b)
Membaca Kritis.
Membaca kritis ialah kegiatan
membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif,
serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis
berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca
mengolah bahan bacaan secara kritis. Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek
membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom,
sebagai berikut ini.
(1)
Kemampuan
mengingat dan mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
(d) menyatakan kembali fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.
(a) mengenali ide pokok paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
(d) menyatakan kembali fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.
(2)
Kemampuan
menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide penunjang;
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide penunjang;
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.
(3)
Kemampuan
mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a)
mengikuti
petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
(b)
menerapkan
konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;
(c)
menunjukkan
kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
(4)
Kemampuan
menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta penunjang;
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(a) memeriksa gagasan utama bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta penunjang;
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(5)
Kemampuan
membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan;
(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka bacaan;
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.
(a) membuat simpulan bacaan;
(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka bacaan;
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.
(6)
Kemampuan
menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide
pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;
(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah
pernyataan adalah fakta atau opini;
(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah
bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
(d) menentukan relevansi antara tujuan
dan pengembangan gagasan;
(e) menentukan keselarasan antara data
yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
(f) menilai keakuratan dalam penggunaan
bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.
c.
Membaca
CepatAnak Taman Kanak-Kanak atau sering diistilahkan dengan anak pradasar,
yakni mereka yang berusia antara 3 - 6 tahun. Pendidikan Pra dasar adalah suatu
upaya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak
sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki anak. Anak-anak Pradasar biasanya
mengikuti program sekolah dan Kindergarten. Di Indonesia, umumnya anak-anak dititip
di Tempat Penitipan Anak (3 bulan sampai 5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3
tahun) sedangkan anak-anak usia 4-6 tahun mengikuti program Taman Kanak-kanak.
3.
Tahapan Membaca
Secara khusus, Flood dan Laap (1981:350), mengidentifikasi
tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak yakni: “(1) tahap fantasi
(magical stage), (2) tahap pembentukan konsep diri (self concept
stage), (3) tahap membaca gambar (bridging reading stage), (4) tahap
pengenalan bacaan (teke-off reader stage), dan (5) tahap membaca lancar
(independent reader stage)”. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan
berikut ini.
a.
Tahap Fantasi
(magical stage)
Pada tahap ini anak mulai
menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku ini penting, melihat atau
membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap
pertama, orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh
tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada
anak.
b.
Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept
stage)
Pada tahap kedua, orang tua atau
guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang
diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak
membacakan berbagai buku.
c.
Tahap Membaca gambar (bridging reading stage)
Pada
tahap ketiga, orang tua dan guru membacakan sesuatu pada anak-anak,
menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan
menulis sesering mungkin.
d.
Tahap
Pengenalan Bacaan (take-of reader stage)
Pada
tahap keempat, orang tua dan guru masih harus membacakan sesuatu untuk
anak-anak sehingga mendorong anak membaca sesuatu pada berbagai situasi. Orang
tua dan guru juga jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
e.
Tahap Membaca Lancar (independent reader stage)
Pada
tahap ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada
anak-anak. Tindakan ini mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya.
Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita
yang berstruktur.
4.
Metode Membaca
Berdasarkan cara penyampainnya,
membaca terbagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :
a.
Sekuensial
Pada
cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini tepat diajarkan pada
anak-anak yang dominan menggunakan otak kirinya. Pendekatan dilakukan secara alfabet,
mengenalkan masing-masing huruf, bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata.
Berikut ini beberapa metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran
sekuensial.
1) Fonik
Anak
diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan memnyusunnya menjadi kata. Misalnya,
anak diperkenalkan dengan bunyi vocal bulat (seperti a,u,dan o) beberapa
konsonan bilabial (seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-huruf tersebut lazim diucapkan
anak yang belajar bicara, seperti ta-ta-ta, ma-ma-ma atau pa-pa-pa.
2) Mengeja
Memtode
ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih dahulu, kemudian menghafalkan
bunyinya. Langkah selanjutnya, menghafal bunyi rangkaian abjad atau huruf
menjadi sebuah suku kata seperti metode fonik. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu
dapat menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita. Kadang, mereka
sulit menerima mengapa rangkaian huruf b dan a harus dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli
menghilangkan kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian suku kata. Misalnya
proses mengeja be a ba de u du sulit
dihilangkan untuk membaca badu.
3) Suku kata
Metode
ini mulai banyak digunakan karena tingkat keberhasilan cukup baik. Anak
diperkenalkan dengan penggalan suku kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.
Contoh :
Ba bi bu be bo
Ca ci cu ce co
Ba ca bo bo
Keunggulan
metode ini merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan saat ini
karena kepraktisannya. Karena metode ini tidak memerlukan waktu untuk mengeja
terlebih dahulu .
b.
Simultan
Mengajarkan
membaca secara langsung, yaitu seluruh kata atau kalimat dengan sistem “lihat
dan ucapkan”. Gagasan yang mendasari metode ini adalah membentuk hubungan
antara yang dilihat dengan yang didengarnya sehingga membentuk suatu rantai
kaitan memntal seperti yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah karena
itu, cara ini cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang dominasi otak
kanannya menonjol baik. Berikut ini beberapa metode yang termasuk metode
simultan.
1)
Membaca
gambar
Pada
metodee eini disajikan suatu gambar dan kata yang menunjukkan kata gambar
tersebut. Cara ini menggunakan pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa
suatu gambar “kucing” berhubungan dengan huruf-huruf “kucing”.
2)
Kartu
kata atau doman
Metode
ini menggunakan kartu-kartu kata yang ukuran hurufnya besar. Mereka
diperkenalkan dengan kata-kata yang akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak atau papa.
Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi
bacaanya. Jika sudah lancar membaca maka anak diperkenalkan kata-kata yang baru
lain, demikian seterusnya.
3)
Membaca
“keseluruhan” kemudian “bagian”
Caranya
memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian dipila-pilah menjaadi
kata, suku kata dan huruf.
Contoh :
ini baju
ini baju
i-ni ba-ju
i-n-i b-a-j-u
c.
Eklektik
Cara
ini merupakan campuran cara sekuensial dan simultan. Percampurannya sesuai
kebutuhan anak karena setiap anak merupakan individu yang unik dan memiliki
karakteristik yang berbeda, termasuk dalam hal membaca.
Sebagai
orang tua dan guru dapat memilih orang yang mengajarkan membaca.berikut
alternatifnya.
1) Menyerahkan kepada guru di sekolah.
Kelemahan
cara ini adalah tidak mungkin guru memberikan layanan yang lebih baik kepada
muridnya. Guru harus memperhatikan banyak siswa dalam waktu bersamaan. Guru
tidak dapat memperhatikan masing-masing sis wa dengan karakteristikdan gaya
belajar membaca yang berbeda. Bahkan, sebaiknya metode belajar yang digunakan
disesuaikan dengan siswa bersangkutan.
2)
Menyerahkan
kepada guru privat.
Mungkin,
cara ini lebih baik dari cara pertama dan cocok bagi orangtua yang sibuk.
Kelemahannya adalah waktu belajar anak harus terencana. Jika saatnya kursus
maka anak harus kursus. Padahal, suasana
hati anak mungkin sedang tidak bagus. Untuk anak usia dini, sebaiknya hindari
cara yang cenderung klasikal.
3) Pengajaran oleh orangtua atau
anggota keluarga yang dekat dengan anak.
Ini
adalah terbaik. Sisihkan sedikit waktu secara kontinu tiap hari. Jika kesulitan
meluangkan waktu, dapat meminta orang terdekat anak (seperti nenek, kakek, atau
pengasuh). Namun orangtua perlu memberikan pelatihan terlebih dahulu pada
“guru” ini disertai pesan-pesan, seperti tidak memaksa anak.
5.
Manfaat Membaca
Membaca adalah salah satu hobi terbaik yang dimiliki oleh
seseorang. Namun sungguh menyedihkan ketika mengetahui bahwa kebanyakan dari
kita tidaklah diperkenalkan dengan buku-buku yang menakjubkan dunia. Ini adalah
beberapa alasan bagi kita untuk memulai kebiasaan ini sebelum kamu tertinggal
di belakang dalam segala hal.
Firmanawaty Sutan (2004:13) memaparkan beberapa manfaat yang
diperoleh anak dari kegiatan membaca, yaitu :
a. Anak akan memperoleh
pengetahuan.
b. Anak dapat
mengidentifikasikan dirinya.
c. Anak menemukan
nilai-nilai keutamaan untuk membina kepribadian.
d. Anak dapat berimajinasi
dengan baik.
e. Anak terbantu untuk
menyelesaikan problem yang harus dihadapi.
f. Anak dapat mengetahui
pengalaman dan kebudayaan lain.
g. Memupuk rasa percaya
diri anak.
Sedangkan
menurut Annida (http://rachdie.blogdetik.com)
mengidentifikasikan delapan manfaat dari
aktivitas membaca, yaitu sebagai berikut :
a.
Membaca merupakan proses mental secara
aktif.
Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation,
dll), membaca membuat kamu menggunakan otak kamu. Ketika membaca, kamu akan
dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang kamu belum mengetahuinya. Dalam proses
ini, kamu akan menggunakan sel abu-abu otak kamu untuk berfikir dan menjadi
semakin pintar.
b.
Membaca akan meningkatkan kosakata kamu.
Kamu dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata
(yang belum kamu ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di
sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada kamu
begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum kamu ketahui.
c.
Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus.
Kamu perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang kamu baca
untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet atau email yang
hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan
cerita. Oleh sebab kamu perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, kamu
akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi.
d.
Membangun kepercayaan diri.
Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak pengetahuan yang
kamu dapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun
kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang
pembaca yang baik, orang-orang akan mencari kamu untuk mencari suatu jawaban.
Perasaan kamu terhadap diri kamu sendiri akan semakin baik. [Namun ingat,
ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan, dan berhati-hatilah
dari sikap merasa bangga diri. Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil
pengetahuan yang kamu miliki].
e.
Meningkatkan memori.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kamu tidak
menggunakan memori kamu, kamu bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah
satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca,
walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu kamu meregangkan “otot” memori
kamu dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail,
fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.
f.
Meningkatkan kedisplinan.
Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah
mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca
buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas
membaca buku ke dalam jadwal harian kamu dan berpegang dengan jadwal tersebut
akan meningkatkan kedisiplinan.
g.
Meningkatkan kretivitas.
Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri kamu
terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak
kamu, karena otak kamu akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir
kamu.
h. Mengurangi kebosanan.
Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya merasa
bosan, maka saya akan mengambil buku dan mulai membacanya. Apa yang saya
temukan dengan berpegang kepada kebiasaan ini adalah, saya menjadi semakin
tertarik dengan suatu bahasan buku dan saya sudah tidak bosan lagi. Maksud
saya, jika kamu merasa bosan, kamu akan merasa lebih baik dengan membaca buku
yang bagus, bukan? Jika kamu ingin memecahkan rasa malas yang monoton, dan
kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan, maka pergi dan ambillah satu buku
yang menarik. Bukalah halaman-halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan
informasi dan kecerdasan.
B.
HAKEKAT
MEDIA
1.
Pengertian
Media
Media merupakan alat atau sarana yang mempunyai
fungsi untuk menyampaikan suatu informasi. Secara harfiah media berarti
perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Menurut Badru
Zaman (2007:4.13) media pembelajaran pada dasarnya merupakan wahana dari pesan
yang oleh sumberpesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak).
Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema/ topic
pembelajaran dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada diri anak. Seorang
guru TK selalu menginginkan agar pesan yang disampaikannya dapat diterima anak
dengan afektif dan efisien. Untuk itu diperlukan media pembelajaran. Media yang
dikembangkan dengan baik diharapkan dapat membantu anak memahami pesan yang
disampaikan kepada anak.
2.
Jenis
dan Karakteristik Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu media visual, audio, dan audiovisual. Berikut ini secara singkat
diuraikan keterangan dari jenis dan karakteristik media pembelajaran.
a. Media
Visual
Media
visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan pemirsa atau
media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini tampaknya yang sering
digunakan oleh guru TK untuk membantu menyampaikan isi dari tema pembelajaran
yang sedang dipelajari. Media visiual terdiri atas media yang dapat
diproyeksikan (projected visual) media
yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected
visual.
b. Media
Audio
Media
audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat
didegar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak
untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio adalah program kaset suara dan program
radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran di TK pada umumnya
untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
mendengarkan. Dan sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang
harus di atasi dengan cara memanfaatkan media lainnya.
c. Media
Audiovisual
Media
audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa
disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audiovisual ini maka
penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkapdan optimal. Selain itu,
media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru.
Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena
penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi
fasilitator belaljar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.
Contoh dari media audiovisual ini di antaranya program televisi atau video
pendidikan atau instruksional, program slide suara, dan sebagainya.
C.
HAKEKAT
ANAK USIA 5-6 TAHUN
Anak
usia 5-6 tahun termasuk kategori anak usia dini yang mempunya karakteristik a
unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa
dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut.
Karakteristik anak usia
dini menurut Richard D. Kellough (1996) adalah :
1. Egosentris
Ia cenderung melihat
dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
2. Memiliki
Curriosity yang tinggi
Anak mengira dunia ini
penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Bagi anak, apapun yang
dijumpai adalah istimewa dalam persepsinya.
3. Makhluk
sosial
Anak membangun konsep
diri melalui interaksi sosial di sekolah. Karena sekolah adalah tempat terlama
anak berada. Di sana ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri.
4. The
Unique Person
Setiap anak berbeda.
Mereka memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang
sangat berbeda satu sama lainnya. Sehingga penanganan pada setiap anak berbeda
pula caranya.
5. Kaya
dengan fantasi
Mereka senang dengan
hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya mereka kaya dengan
fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang
bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak
berkembang melebihi apa yang dilihatnya.
6. Daya
konsentrasi yang pendek
Menurut Berg (1988) dalam
(Hibana: )
disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5
tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian
yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu
untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan.
7. Masa
usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial
Masa anak usia dini disebut
sebagai masa ‘golden age’ atau magic years (Petterson). Pada periode ini hamper
seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara
cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan
stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.
Beberapa
prinsip-prinsip perkembangan menurut Bredekamp, S. & Copple, C (1997) yaitu
:
- Aspek-aspek
perkembangan anak seperti fisik, social, emosional, dan kognitif satu sama
lain saling terkait secara erat.
- Perkembangan
terjadi dalam suatu urutan.
- Perkembangan
berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar
bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.
- Pengalaman
pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
perkembangan anak.
- Perkembangan
berlangsung kea rah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih
meningkat.
- Perkembangan
dan belajar terjadi dipengaruhi oleh konteks social dan cultural yang
majemuk.
- Anak
adalah pembelajar aktif.
- Perkembangan
dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun social tempat anak
tinggal.
- Bermain
merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan social, emosional, dan
kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak.
- Perkembangan
mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka
mengalami tantangan di atas level pengusaannya saat ini.
- Anak
mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang berbeda
serta cara yang berbeda pula dalam mempresentsikan apa yang mereka tahu.
- Anak
berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang merasa
aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan dirasa
aman secara psikologis.
D.
STIKER
ALPHABET
1.
Pengertian
Stiker
Stiker (http//:www.artikata.com) merupakan benda berperekat yang dibuat dengan
tujuan untuk direkatkan pada suatu bidang sesuai kebutuhan. Secara umum stiker bisa di bagi
menjadi dua bentuk, yaitu :
a. Stiker Biasa (Non-Cutting), adalah
stiker yang umum sering kita lihat ada di kendaraan atau tempat lainnya.
Karakteristik stiker ini terdiri dari 2 buah bahan yaitu kertas stiker tempat
stiker itu menempel sebelum terpasang di media tempel (seperti kaca/tembok) dan
stiker itu sendiri. Untuk pemasangannya hanya tinggal di lepas dari kertas
stikernya lalu langsung ditempelkan pada media tempel yang akan menjadi tempat
stiker tersebut terpasang.
b. Stiker Cutting (Cutting Stiker),
adalah stiker yang hasilnya akan terpisah-pisah pada setiap bagiannya sebab
melalu proses pemotongan (cutting). Karakteristik stiker ini terdiri dari 3
buah bahan yaitu kertas stiker tempat stiker itu menempel sebelum terpasang,
stiker itu sendiri dan lapisan transparan untuk proses pemasangan.
2.
Asal
Usul Alphabet
Gambar
2.1 Alphabet
Asal-usul alphabet
tidak diketahui, tetapi ada beberapa teori mengenai bagaimana alphabet itu dikembangkan. Salah
satu teori yang paling populer adalah teori Proto-Sinaitic yang menerangkan
bahwa sejarah alphabet bermula di
Mesir Kuno lebih dari satu milenium yang lalu. Berdasarkan teori ini, alphabet diciptakan untuk mewakili
bahasa para pekerja Semit yang ada di Mesir, dan setidaknya dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip abjad dari aksara hieratic Mesir. Jika benar, hampir semua
abjad yang ada di dunia saat ini diturunkan langsung dari perkembangan tersebut
atau terinspirasi oleh desainnya.
Alphabet
yang paling banyak digunakan saat ini adalah abjad Latin. Sejumlah besar
bangsa-bangsa, termasuk bangsa Yunani mengadopsi sistem alphabet Phonecia. Bangsa
Yunani membuat beberapa perubahan dan menambahkan sejumlah huruf vokal
kedalamnya. Sistem alfabet Yunani ini memiliki 24 huruf. Beberapa (lambang)
huruf diantaranya sama seperti yg kita pergunakan sekarang, misalnya huruf N
(Nu) dan O(Omicron). Setelah bangsa Yunani selesai mengembangkan sistem
alfabetnya, bangsa Romawi mengadopsinya. Mereka juga membuat beberapa
perubahan. Mereka menambah & menghapuskan beberapa huruf dan mengubahnya
dengan bentuk huruf yg berbeda. Alfabet Romawi terdiri atas 23 huruf, 3 huruf
U, W dan J yg ditemui dalam sistem alfabet kita merupakan tambahan. Huruf U dan
W dibuat dari huruf Romawi V-yg melambangkan bunyi dari kedua suara tersebut,
dan J dari huruf Romawi I. Romawi menaklukan banyak negara dan oleh karena
itulah metode penulisan mereka tersebar luas. sampai ke negara kita sekarang
ini.
3. Pengertian Alphabet
Alphabet (http://pertelontanahmerah.blogspot.com/search/label
/alphabet ) adalah sebuah set
standar lengkap huruf - simbol ditulis dasar - yang masing-masing kira-kira
merupakan fonem dari bahasa lisan, baik seperti yang ada sekarang atau seperti
yang mungkin telah di masa lalu. Ada sistem lain penulisan seperti menulis
logosyllabic, di mana masing-masing simbol merupakan morfem, atau kata atau
suku kata atau tempat kata dalam sebuah kategori, dan syllabaries, di mana
setiap simbol mewakili sebuah suku kata.
Kata
"alfabet" itu sendiri populer diyakini berasal dari alfa dan beta,
dua huruf pertama dari alfabet Yunani, tetapi beberapa etymologists berpendapat
bahwa kata bukan berasal dari Aleph dan taruhan, dua huruf pertama dari abjad
Fenisia (benar-benar jenis suku kata) yang kemudian memunculkan abjad Ibrani.
Asal sebenarnya dari kata tersebut tidak jelas. Ada puluhan huruf yang
digunakan saat ini. Kebanyakan dari mereka adalah 'linear', yang berarti bahwa
mereka terdiri dari baris. Pengecualian terkemuka adalah Braille, huruf manual,
kode Morse, dan alfabet runcing kota kuno Ugarit. alfabet dan suku kata
Terlepas dari ketidaktepatan
nya, "alfabet" Istilah ini umumnya digunakan untuk mengacu pada
setiap sistem penulisan yang baik grafem merupakan suara konsonan dan vokal.
Grafem
adalah suatu entitas abstrak yang mungkin secara fisik diwakili oleh gaya yang
berbeda dari mesin terbang. Ada tertulis banyak entitas yang tidak merupakan
bagian dari alfabet, termasuk angka, simbol matematika, dan tanda baca.
Beberapa bahasa manusia yang biasa ditulis dengan menggunakan kombinasi
logograms (yang merupakan morfem atau kata-kata) dan syllabograms bukan
alfabet. Hieroglif Mesir dan karakter Cina adalah dua dari sistem penulisan
yang paling terkenal dengan representasi yang umumnya non-abjad.
E. MEDIA STIKER ALPHABET UNTUK ANAK TK
Anak usia TK dalam proses pembelajaran
sering mengalami kebosanan, sehingga guru harus lebih kreatif mencari metode,
kegiatan, dan media yang disukai anak. Dengan media yang disukai anak secara
otomatis pembelajaran yang disampaikan oleh guru akan mendapat hasil yang baik.
Stiker alphabet
merupakan media yang dipilih oleh peneliti karena alasan menarik bagi anak. Dari
hasil pengamatan saat istirahat, anak-anak senang sekali bermain stiker-stiker
bergambar kartun, boneka, robot, dll. Sehingga peneliti antusias untuk
memadukan alat permainan anak dengan huruf alphabet dengan tujuan anak dapat berlatih membaca
tetapi sambil bermain dengan alat permainan yang disukai mereka.
Untuk membuat media stiker alphabet peneliti membuatnya sendiri
dengan menggunakan alat dan bahan yang dapat ditemukan di toko alat tulis.
Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1.
Pola alphabet (ukuran 250 di word) dan dicetak.
2.
Kertas asturo
3.
Doble tip
4.
Gunting
Cara pembuatan :
1.
Siapkan pola alphabet, dapat per huruf maupun per suku
kata.
2.
Guntinglah sesuai pola.
3.
Tempelkan doble tip pada bagian belakang pola.
4.
Stiker siap ditempelkan sesuai arahan guru pada kertas
asturo.
Cara permainan :
1.
Pertama-tama guru mengajak anak untuk menyanyi lagu
“abc/nama-nama abjad” sambil menunjukkan stiker huruf yang disebutkan.
2.
Setelah anak merasa senang guru memulai menjelaskan
cara permainan ini.
3.
Arahkan salah satu anak untuk menempelkan stiker
misalnya: b-o-l-a.
4.
Kemudian minta anak untuk membaca stiker yang sudah
ditempelkan pada kertas asturo. Begitu setetrusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar