Selasa, 23 Oktober 2012

Laporan KKN Desa Langse

Peta Desa Langse, Margorejo, Pati





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, pertolonganNya. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Penyusunan laporan hasil Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan (KKN Tematik Posdaya) ini menggambarkan keseluruhan hasil dari kerja yang yang telah dilakukan oleh mahasiswa IKIP VETERAN SEMARANG Jurusan PG-PAUD di Desa Langse Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun 2011. Dalam proses penerjunan, pelaksanaan sampai penarikan banyak pihak yang telah membantu melancarkan segala kegiatan yang berkaitan dengan KKN Tematik Posdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Bapak Drs. Sukoco, M.Pd, selaku Rektor IKIP Veteran Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 di IKIP Veteran Semarang.
2.    Bapak Drs. Agus Sri Suhono, selaku Pembantu Rektor II yang telah membantu proses penerjuanan dan penarikan kembali mahasiswa KKN.
3.    Bapak Didik Ardi S. S.Ps, selaku dosen pembimbing lapangan yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas di lapangan.
4.    Bapak Mudjijo, S.Pd, Bapak Sarmono, S.Pd, dan Bapak Broto, S.Pd, selaku mitra IKIP VETERAN SEMARANG dari Pati.
5.    Bapak Amrudin selaku Kepala Desa Langse beserta stafnya yang telah mengijinkan kami untuk menimba ilmu sekaligus mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan untuk diaplikasikan kepada masyarakat.
6.    Semua warga Desa Langse yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam menempatkan diri di masyarakat. Akhirnya dengan tersusunnya laporan akhir dan telah terbentuknya Posdaya di Desa Langse ini, diharapkan pengabdian mahasiswa IKIPVETERAN SEMARANG JURUSAN PG-PAUD yang dilakukan selama 45 hari dapat bermanfaat secara berkesinambungan.

Semarang,      September 2011                                                                  Tim Penyusun.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    LATAR BELAKANG
Desa Langse merupakan desa terkecil dari wilayah Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Meskipun terkecil, yaitu terdiri dari 1 RW dan 5 RT tetapi masyarakat di desa ini tergolong masyarakat yang ulet dan mandiri. Terbukti dengan adanya banyak home industry yang berdiri di wilayah ini yang di prakasai oleh ibu-ibu rumah tangga. Contohnya adalah pabrik tempe kripik, telur asin, dll. Akses perjalanannya juga memadai, yaitu jalan desa sukoharjo-metaraman sangat lancar dan mudah dilalui oleh kendaraan jenis apapun. Sehingga dapat memudahkan dalam proses pemasaran hasil produksi. Para pemilik home industry ada yang memasarkan sendiri hasil produksi ke konsumen ataupun diambil oleh pedagang lain yang bertujuan dijual kembali.
Selain home industry, sebagian besar wilayah desa langse ini adalah lahan pertanian, sehingga mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Lahan pertanian mereka ada yang ditanami padi maupun palawija. System pengairannya menggunakan tadah hujan, jadi jika masyarakat yang ingin memperoleh air untuk pengairan ada yang membangun sumur bor di lahan pertanian mereka. Dengan adanya sumur bor, para petani dapat menanam padi setahun dapat dua kali masa panen. Selain bertani, masyarakat Desa Langse juga ada yang bekerja di pabrik kacang besar di wilayah Kota Pati sebagai karyawan swasta, beternak dan masih banyak yang lainnya.
Selama mahasiswa berada di Desa Langse, memperoleh sambutan dengan baik oleh aparatur desa dan masyarakatnya. Karena masyarakat di desa tersebut termasuk masyarakat yang ramah dan terbuka terhadap pembaharuan. Terlihat dari lokasi Desa Langse yang mendekati wilayah perkotaan. Jadi sikap dan gaya hidupnya sudah modern tetapi tidak meninggalkan norma dan adat-istiadat yang ada dari sejak dulu. Tokoh masyarakatpun memiliki peran yang penting bagi masyarakat karena selalu memberi masukan positif bagi pertumbuhan desa Langse di waktu yang akan datang.
Di sisi perekonomian, Desa Langse termasuk desa yang mandiri tetapi di sisi pendidikan, kami tidak menemukan lembaga pendidikan untuk anak usia dini yang mampu menampung kegiatan belajar sambil bermain dari putra putri penduduk sekitar. Mereka sebagian besar menyekolahkan anaknya di luar desa yaitu di TK Islam dan TK umum. Karena mereka cenderung  tidak memiliki kepercayaan yang kuat kepada lembaga pendidikan yang ada di desa. Padahal di desa ini sudah terdapat 1 SD dan 1 TPQ sedangkan TK (Taman Kanak-kanak) atau sejenisnya belum ada. Di lihat dari potensi penduduknya khususnya ibu-ibu kader PKK sangat antusias dalam menciptakan suatu lembaga pendidikan yang diperuntukkan kepada anak usia dini (0-6 tahun). Sehingga mahasiswa mencoba memfasilitasi masyarakat untuk merintis sebuah lembaga untuk Anak Usia Dini beru PAUD yang lebih spesifiknya adalah Kelompok Bermain.

1.2.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka mahasiswa menentukan pokok permasalahan yang ada di Desa Langse yaitu
Apakah Pendidikan Anak Usia Dini dapat terwujud dalam KKN Tematik Posdaya ini?

1.3.    MAKSUD DAN TUJUAN
Dari semua uraian di atas mahasiswa menentukan maksud dan tujuan dari KKN Tematik Posdaya adalah sebagai berikut :
a.    Untuk memberdayakan masyarakat Desa Langse agar lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
b.    Terbentuknya Posdaya Masyarakat yang berlangsung secara berkesinambungan.
c.    Mewujudkan cita-cita masyarakat Desa Langse untuk memiliki lembaga pendidikan untuk anak usia dini sendiri.
                                                           BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KKN

2.1.  SEJARAH SINGKAT  DESA
Ketika jaman penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia, banyak sekali peninggalan yang masih nampak sampai sekarang. Baik berupa gedung perkantoran, tempat ibadah, jembatan, pabrik dan masih banyak yang lainnya. Di Desa Langse Nampak sebuah bangunan rumah yang mempunyai tekstur dan desain menyerupai bangunan belanda.
Konon cerita dari penduduk sekitar, dahulunya adalah rumah kediaman seorang pemilik pabrik gula pemerintah kolonial belanda. Tetapi karena ada beberapa alasan pabrik gula di pindahkan ke daerah trangkil. Sehingga desa bekas pabrik tersebut diberi nama “Laangse” yang berarti “tinggal abunya” atau bekas abu pembakaran tebu yang telah di olah menjadi gula.

2.2.  KONDISI GEOGRAFIS
Desa Langse memiliki batas-batas sebagai berikut:
·    Sebelah Utara                      : Desa Metaraman
·    Sebelah Selatan                  : Desa Sukoharjo
·    Sebelah Timur                     : Desa Metaraman
·    Sebelah Barat                      : Desa Banyuurip
Desa Langse sebagai wilayah pengabdian KKN merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Desa  ini adalah desa terkecil dari 18 desa yang ada di kecamatan margorejo. Terletak 4 km dari pusat kecamatan, 14 km dari pusat kabupaten dan 78 km dari pemerintah propinsi.
Sebagai desa yang berada di kawasan dataran rendah.  Desa Langse kecamatan Margorejo termasuk dalam kategori desa dengan cuaca yang cukup panas dengan suhu + 25o C.
Desa langse mempunyai luas wilayah 167 Ha, yang terdiri dari tanah pemukiman 42 Ha dan sisanya adalah tanah pertanian dan tanah pekarangan.

2.1.  KONDISI DEMOGRAFIS
Desa Langse hanya mempunyai 1 RW yang terdiri dari 5 RT dan   ± 335 KK (Kepala Keluarga).
2.3.1.    Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Langse sampai dengan akhir bulan Agustus 2011 adalah:
Tabel 1
Data Statistik Penduduk Desa Langse
Jenis kelamin
Jumlah
Prosentase
Laki-laki
503 Jiwa
49 %
Perempuan
524 Jiwa
51 %
Total
1.027 Jiwa
100 %

Dari tabel di atas nampak jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya yaitu 49 % laki-laki dan 51% perempuan.
2.3.2.    Mata Pencaharian Penduduk.
Di Desa langse sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh harian lepas dan sebagian lagi ada yang berwiraswasta, karyawan swasta di pabrik duakelinci dan sarang burung walet, petani, pedagang dan PNS.
2.3.2.    Agama
Di Desa Langse hanya ada dua agama yang dianut oleh seluruh penduduknya yaitu agama islam dan katholik. Data statistik  jumlah penduduk dan prosentase penganut agama adalah sebagai berikut :
                                                     977
2.3.3.1.        Islam          :    977  orang = ------- x 100% = 95 %
                                              1027
                            
                                                50
2.3.3.2.        Katholik      :    50    orang = --------- x 100% = 5 %
                                               1027
2.3.  KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
Hasil observasi dari lapangan dan informasi dari aparatur desa bahwa sebagian besar masyarakat desa langse bermatapencaharian di sektor pertanian dan berwiraswasta berupa ketrampilan membuat kripik tempe dan aneka makanan ringan.
Kebiasaan dan adat istiadat di masyarakat desa Langse memang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu hal yang spesifik tentang apa yang menjadi ciri khas dari masyarakat setempat. Tetapi sepanjang pengamatan kami, dan informasi yang didapat dari beberapa tokoh masyarakat setempat, masih ada beberapa adat kebiasaan yang tetap lestari dan secara berkesinambungan menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat.
Kebiasaan tersebut seperti selamatan sebelum memulai suatu pekerjaan, misalnya membangun rumah atau menggali sumur. Dan setiap tahun juga diadakan sedekah buami “selamatan bumi” yang biasa dilakukan di bulan Apit. Biasanya dengan mendatangkan kethoprak yang digelar selama 1 hari semalam. Sebelum acara sedekah bumi dimulai, para warga masyarakat mengadakan doa di tempat yang mereka percaya dari sejak nenek moyang sebagai tempat magis. Tempat itu mmenyerupai punden yang berada di puncak perbukitan di atas sendang. Dengan diiringi doa oleh sesepuh desa, acara tersebut dimulai dengan hikmat, meriah dan kekeluargaan. Sebagiah besar masyarakat menganut agama islam. Jadi doa yang digunakan berupa ayat-ayat  suci Al-Quran, meskipun dalam ajaran agama islam tidak ada syareat yang mengajarkan adap yang demikian. Tetapi hal tersebut merupakan bentuk asimilasi yang tertanam sejak jaman pendiri Desa Langse. Kebetulan pengabdian kami hanya 1,5 bulan jadi tidak bisa menyaksikan secara langsung kegiatan rutin tahunan yang ada di desa Langse. Acara selamatan tersebut adalah bentuk syukur dan doa kepada Tuhan semoga diberikan kelancaran segala aktivitas yang dilakukan oleh semua penduduk Desa Langse.

2.4.  KEADAAN SOSIAL KEAGAMAAN
Dari data yang ada pada demografi penduduk, bahwa 95 % penduduk Desa Langse beragama Islam, di samping itu ada juga penduduk non Muslim yang bertempat tinggal di Desa Langse. Adanya keanekaragaman masyarakat yang beragama, tentu saja merupakan tuntutan bagi masyarakat setempat untuk menciptakan kerukunan di antara mereka dalam membina kehidupan keberagamaan. Dan sejauh pengamatan kami, tidak pemah ada satu gesekan yang dilatarbelakangi oleh kepentingan agama. Ini menunjukkan bahwa sampai batas-batas tertentu, masyarakat Desa Langse telah berusaha untuk menciptakan kerukunan tersebut.
Figur seorang kyai bagi warga masyarakat di Desa Langse mempunyai peranan penting dan menjadi panutan bagi masyarakat karena setiap perkataannya akan lebih di dengar. Selain memperhatikan kehidupan duniawi, warga masyarakat Desa Langse juga sangat memperhatikan  kehidupan rohani. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah Masjid dan tiga musholla di sekitar pemukiman warga. Di tempat tersebut, mereka manfaatkan untuk kegiatan rohaniah baik untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
2.5.1.    Sholat berjamaah.
2.4.2.    Yasin dan tahlil.
2.4.3.    TPQ.
                 Bukan berarti masyarakat tidak mau mendapat bantuan dari luar, alasannya bahwa semua itu adalah milik masyarakat dan akan kembali pada masyarakat, disamping itu barangsiapa yang menafkahkan sebagian hartanya untuk tempat ibadah akan manjadi pahala yang mengalir di akhirat kelak.
                 Kehidupan keberagamaan yang sejauh ini kami amati dan rasakan, memang cukup memiliki wama tersendiri. Banyak sekali agenda pertemuan yang biasa didesain dan diselingi dengan kegiatan keberagamaan. Pertemuan karang taruna misalnya. Dalam pertemuan itu, masyarakat (pemuda dan pemudi) tidak hanya melaksanakan rapat dan kumpul-kumpul saja akan tetapi juga diselingi dengan pembacaan surat Yasin, Tahlil dan Barzanji (Dibaiyyah).
                 Fakta tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Desa langse berusaha untuk  menumbuhkan  spirit  keagamaan  dalam  kegiatan kemasyarakatan.
                                    Kegiatan keagamaan lainnya yang juga dilaksanakan oleh masyarakat setempat adalah pemberian santunan kepada anak yatim yang oleh masyarakat setempat biasa disebut "Yatiman". Secara teknis, dana yang diberikan untuk menyantuni anak yatim tersebut diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh jamaah yang hadir saat pelaksanaan pengajian sebelum yatiman. Dana yang terkumpul itulah yang disumbangkan kepada anak yatim atau anak yang kurang mampu.
                 Sementara acara lainnya yang masih dilaksanakan adalah Mujahadah, kuliah subuh setiap hari ahad, Pengajian Rutin dan kegiatan pendidikan keagamaan seperti TPQ. Secara kuantitatif ada 1 TPQ di Desa Langse.


2.5.  LEMBAGA PEMERINTAHAN DAN LEMBAGA DESA
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh BPD dan pemerintah desa.
Desa Langse sudah bisa membentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) dengan pemerintahan yang dipimpn oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh tujuh perangkat desa.
Jabatan dan nama perangkat desa adalah sebagai berikut :
2.6.1.    BPD                               : Bp. H. Mawardi
2.5.2.    Kepala Desa                  : Bp. Amrudin
2.5.3.    Sekretaris Desa             : Bp. Rasmo
2.5.4.    Kasi Pemerintahan        : Bp. Djoko Suprapto
2.5.5.    Kasi Pembangunan       : Bp. Djito
2.5.6.    Kasi Kesra                      : Bp. Djaenal
2.5.7.    Kasi Kaur Umum           : Bp. Biono
2.5.8.    Staf kesra                      : Bp. Jasmadi

BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM KKN

3.1.  PROGRAM KKN TEMATIK POSDAYA
Posdaya mempunyai arti sarana atau forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya juga berfungsi sebagai wadah pelayanan keluarga secara terpadu yaitu mencakup pelayanan di bidang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi atau wirausaha dan lingkungan hidup.
Berdasarkan observasi di lapangan dan percakapan dengan apartur desa, mahasiswa memperoleh informasi bahwa di desa Langse terdapat 67 balita yang tersebar pada 5 RT. Tetapi belum ada tempat atau wadah untuk untuk menampung kegiatan semua balita berupa pospaud atau sejenisnya. Sehingga sebagian besar masyarakat menyekolahkan putra putrinya di luar desa, disebabkan di desa Langse belum ada TK (Taman Kanak-kanak) ataupun PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Dari pengamatan di atas, maka mahasiswa menetukan program kerja KKN yang menitikberatkan pada sentral pendidikan dengan memberdayakan anggota masyarakat yang mampu dan mau menjadi kader PAUD, karena anak adalah generasi penerus yang berhak memperoleh pendidikan sejak usia dini. Sehingga kedepannya akan menjadi anak yang sehat, cerdas dan bahagia.
Dengan latar pendidikan yang relevan yaitu PG-PAUD, mahasiswa menyusun program yang diharapkan dalam jangka waktu panjang dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Desa Langse untuk mewujudkan cita-citanya memiliki lembaga pendidikan sendiri yang berkualitas agar putra-putrinya tidak bersekolah dengan jarak jauh.
Program yang telah disusun dibagi menjadi dua skala prioritas, yaitu program utama dan program ekstra.
3.1.1.        Program utama adalah di bidang pendidikan.
Yaitu membentuk lembaga pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) usia anak antara 0-6 tahun.
3.1.2.        Program ekstra adalah di bidang agama dan pendidikan.
Bidang agama yaitu TPQ dengan memberdayakan para ustadz dan ustadzah untuk meningkatkan kualitas bacatulis Al-Quran.
Bidang pendidikan yaitu menyediakan les mata pelajaran untuk anak sekolah dasar.

3.2.  STRATEGI DAN PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN
Untuk mewujudkan program di atas, mahasiswa menentukan strategi dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari setiap program tersebut. Masing-masing program memiliki strategi dan pendekatan sebagai berikut :

3.2.1.        Program utama yaitu pembentukan PAUD.
Pendekatan yang digunakan untuk memberi informasi kepada masyarakat adalah melalui pertemuan ibu-ibu arisan RT, pengajian, PKK, dan Posyandu.

Strategi yang digunakan untuk memperlancar program kerja yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
·      Ceramah melalui kegiatan lokakarya mini dengan mengundang sejumlah tokoh masyarakat yang diharapkan menjadi anggota posdaya.
Tujuannya memperkenalkan kepada masyarakat pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD).
·      Pemberian pelatihan ketrampilan mengajar di PAUD bagi calon pengajar. Pelatihan ini berlangsung selama 20 pertemuan, dengan materi sebagai berikut :

No.
Materi Pelatihan
Jumlah Pertemuan
1
Pengertian PAUD dan psikologi perkembangan AUD.
2 kali
2
Pendidikan jasmani dan kesehatan anak.
2 kali
3
Perencanaan pembelajaran di PAUD.
2 kali
4
Menggambar, musik, dan lagu untuk AUD.
2 kali
5
Kurikulum AUD.
3 kali
6
Menejemen kelas.
2 kali
7
Bermain dan alat permainan edukatif (APE).
2 kali
8
Evaluasi pembelajaran di PAUD.
2 kali
9
Metode pengembangan moral social emosional, kognitif, fisik motorik dan bahasa AUD.
3 kali
JUMLAH PERTEMUAN :
20   kali

3.2.2.        Program ekstra yaitu TPQ dan les mata pelajaran.
Strategi yang digunakan untuk memperlancar program kerja yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
·               Untuk kegiatan TPQ.
Mahasiswa melakukan pendekatan dengan kepala yayasannya agar diijinkan untuk membantu mengisi kegiatan TPQ dengan memberi pelajaran tajwid, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari.

 ·               Untuk kegiatan Les Mata Pelajaran.
Mahasiswa meminta bantuan kepada perangkat desa untuk mengumumkan kegiatan les.
Mahasiswa juga mengumumkan secara langsung kepada warga yang mempunyai anak usia TK ataupun SD untuk mengikuti les pelajaran dib alai desa.

3.3  FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
Setiap program pasti ada faktor-faktor yang mendukung pelaksanaannya. Hal-hal yang mendukung proses kelancaran program posdaya yang dipilih mahasiswa adalah sebagai berikut :

3.3.1      Faktor Pendukung
3.3.1.1  Dari Dalam (internal)
Kesesuaian pendidikan yang dimiliki oleh mahasiswa KKN sehingga mampu  menguasai materi dengan baik.

3.3.1.2  Dari Luar (eksternal)
Dukungan dari kepala desa, aparatur desa, dan tokoh masyarakat berupa materiil dan immaterial terhadap program yang akan dilaksanakan.
Antusiasme masyarakat mengenai pendirian lembga pendidikan yang ada di desanya. Jadi masyarakat lebih tertolong mengenai tempat pendidikan yang lebih dekat. Jadi lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Di samping faktor-faktor pendukung kelancaran program posdaya ada juga factor yang menghambat proses tercapainya program ini adalah sebagai berikut :

3.3.2      Faktor penghambat
2.3.2.1.        Dari Dalam (Internal)
Terlalu padatnya kegiatan perkuliahan dan bimbingan skripsi yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan KKN, sehingga program tidak dapat terlaksana sesuai waktu yang telah ditentukan.

2.3.2.2.        Dari Luar (Eksternal)
Kurangnya fasilitas yang disediakan oleh desa, jadi mahasiswa berusaha mencari sendiri media yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3.4  HASIL YANG DICAPAI
Sejak awal penerjunan KKN di Desa Langse yang dihadiri oleh bapak camat margorejo pada hari senin, 25 Juli 2011 sampai sekarang sudah terbentuk posdaya yaitu Posdaya “Permata Hati” yang nantinya sekaligus menjadi nama PAUD yang telah dibentuk mahasiswa KKN IKIP Veteran Semarang Tahun 2011 bersama seluruh aparatur desa dan para tokoh masyarakat.
Hasil pencapaian mulai dari masa observasi sampai terbentuknya posdaya nampak pada grafik di bawah ini pada setiap minggunya.





BAB IV
PENUTUP

4.1.  KESIMPULAN
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh tim KKN TEMATIK POSDAYA  IKIP VETERAN Semarang di Desa Langse Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati memang belum bisa dikatakan telah memberikan kontribusi kepada masyarakat secara sempuma. Karena, bagaimanapun juga kami kesulitan untuk menetapkan parameter keberhasilan dari sebuah kinerja. Apalagi begitu singkatnya waktu yang diberikan kepada kami untuk membentuk suatu posdaya yang berkelanjutan. Serta banyaknya keinginan untuk memberikan sesuatu bagi masyarakat, tidak dapat terpenuhi semuanya. Ini disebabkan karena keterbatasan yang ada baik dalam lingkup internal maupun ekstemal banyak yang tidak bisa kami atasi.
Meskipun demikian, hal ini bukan berarti bahwa tim KKN telah gagal melaksanakan tugasnya. Karena seperti halnya kesuksesan, kegagalan juga sulit untuk diukur dan ditetapkan parametemya. Tetapi paling tidak kami sudah memberikan dan mencoba untuk belajar dari masyarakat yang sudah terlebih dahulu merasakan dan mencicipi pahit dan manisnya kehidupan nyata.
Kesimpulan singkat yang kami catat dalam pelaksanaan KKN ini antara lain:
1.    Pemahaman yang komprehensif terhadap karakter, budaya dan kondisi sosial masyarakat tempat lokasi KKN mutlak dibutuhkan, sebagai bagian dari upaya untuk mempercepat proses adaptasi.
2.    Setiap anggota tim KKN hendaknya tidak menjanjikan untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat, tetapi harus dipahami bahwa KKN adalah satu proses learning by doing. Dengan demikian, tuntutan yang berlebih dari masyarakat akan bisa dihindari.
4.2.  SARAN TINDAK
Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam pencapaian program kerja KKN Tematik Posdaya agar tercapai maksimal dan berkesinambungan yaitu sebagai berikut :

1.    Bagi Mahasiswa.
Setelah kegiatan KKN selesai, masyarakat dan pendidik PAUD masih mengharapkan partisipasinya dalam menularkan ilmu ke-PAUD an. Agar nantinya PAUD yang telah dirintis dapat tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan berkesinambungan secara terus-menerus.

2.    Bagi Pendidik PAUD.
Diharapkan lebih semangat dalam mengembangkan materi yang telah diperoleh selama lokarya yang diberikan saat kegiatan KKN. Dan tidak bosan untuk mencari sumber-sumber baru dan belajar dalam hal mengajari anak PAUD.

3.    Bagi Masyarakat.
Dengan berdirinya PAUD di Desa Langse, diharapkan masyarakat dapat selalu berpartisipasi dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang ada di desa mereka dengan lebih percaya dan mau menyekolahkan putra putri mereka di desa sendiri.

4.    Bagi Pemerintahan Desa.
Setelah PAUD dapat berdiri, diharapkan pemerintah desa selalu mengayomi dan memberi fasilitas yang dibutuhkan demi kelancaran dan pertumbuhan lembaga pendidikan yang baru dirintis ini.

5.    Bagi IKIP VETERAN Semarang.
Diharapkan mampu mencetak guru-guru yang professional dan meningkatkan mutu dan kualitas pendidik PAUD.