JUDUL : UPAYA
MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI TK
LESTARI MULYO DESA KEPOHKENCONO PUCAKWANGI TAHUN 2012-2013.
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Program
pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat
penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan,
penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi
oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu TK (Taman Kanak-kanak) juga ikut
serta menyukseskan program pendidikan anak usia dini.
Kenyataan
menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat TK Lestari Mulyo Desa Kepohkencono seringkali kurang menarik bagi anak.
Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh
guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang
sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak
didik kurang begitu semangat anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan
dan akhirnya menyepelekkan pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) terhambat dan kurang maksimal. Karena minimnya alat peraga di TK
Lestari Mulyo Desa Kepohkencono kegiatan
belajar berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan pohon hitung saja.
Hal ini sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam
pembelajaran berhitung. Ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak pada tiap
tengah semester. Dari 21 anak hanya 10 anak yang sudah mampu berhitung sebagian
lainnya masih perlu bimbingan guru ternyata anak yang belum mampu berhitung
belum dapat menggunakan media yaitu dengan menggunakan jari-jari tangan.
Sebagai guru TK menyadari
bahwa pendidikan di tingkat TK, media (alat peraga) sangat diperlukan. Karena
pembelajaran di TK disampaikan dengan cara bermain maka dengan melakukan
penelitian tindakan kelas yang bertujuan dapat memperbaiki kemampuan berhitung
anak TK Lestari Mulyo Desa Kepohkencono.
Dari Maria
Montesori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya. Karena itulah,
bila guru menjelaskan sebuah materi diharapkan anak-anak mengenal yang konkret,
semi abstrak dan abstrak. Montesori berprinsip pendidikan harus berpegang pada
keseimbangan (cosmic plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa
duplikasi. Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon
melainkan dengan alat peraga.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain
Stick Angka di TK Lestari Mulyo Desa Kepohkencono Pucakwangi Pati”.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan
belajar mengajar sebagai berikut :
1.
Anak didik kurang menyukai pelajaran
berhitung.
2.
Rendahnya minat terhadap pelajaran
berhitung
3.
Kurangnya media (alat peraga) dalam
pelajaran berhitung
C.
PEMBATASAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian diatas, sebagai berikut :
1.
Apakah guru sudah menggunakan alat
peraga atau media dengan sesuai ?
2. Apakah
kondisi awal anak didik untuk mengikuti pelajaran berhitung sudah memadai ?
D.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang
akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu:
“Apakah menggunakan
strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada
anak usia dini di TK Lestari Mulyo Desa Kepohkencono?
E.
TUJUAN
PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis
bertujuan sebagai berikut :
1.
Mendorong semangat anak didik dalam
pelajaran berhitung
2.
Mengembangkan kemampuan berhitung dengan
menggunakan strategi bermain stick angka.
F.
MANFAAT
PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah :
1.
Manfaat Teoritis
a.
Sebagai pendorong untuk pelaksanaan
pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.
b.
Sebagai informasi pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat
Praktis
a.
Bagi anak didik
1.
Membantu anak menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit.
2.
Mendorong semangat belajar anak didik
terhadap pelajaran berhitung.
3.
Menanamkan pengertian bilangan dan
kecakapan dasar berhitung.
4.
Memupuk dan mengembangkan kemampuan
berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan
sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi
guru
1.
Memudahkan guru untuk melatih
ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung.
2.
Guru dapat menerapkan pelajaran
berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.
3.
Membangkitkan kreativitas guru dalam
menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c.
Bagi sekolah
1.
Kegiatan pembelajaran di kelas akan
lebih efektif dan efisien.
2.
Sekolah akan mampu mengembangkan
model-model pembelajaran.
3.
Sekolah akan mampu menghasilkan sumber
daya yang berkualitas.
4.
Mengembangkan kemampuan dan sikap
nasional, ekonomis dan menghargai waktu.
II.
LANDASAN
TEORI
A.
Hakikat
Berhitung Permulaan
1. Pengertian
Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan
seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan
lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan
berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan
atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah
termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode
eksperimental antara lain :
a.
Metode pengamatan, suatu cara untuk
mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dengan menggunakan
pedoman observasi.
b.
Metode survei, suatu metode yang
digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui
metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c.
Metode klinis, suatu metode yang
digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan,
sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang
spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d.
Metode angket, suatu
cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada
sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e.
Metode wawancara, suatu
cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir,
proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang
tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f.
Metode sejarah
kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang
dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara
tentang masa lalu subjek.
g.
Metode tes (pemeriksaan
psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak
dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat,
kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat
dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang
konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil.
Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti
oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
2. Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan
berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut :
a.
Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses
membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar
pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional
kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang
besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya
(persepsi sendiri).
b.
Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan
belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung,
maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk
mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap
rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan
tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai
dengan tugas perkembangannya.
c.
Perkembangan awal menentukan
perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993)
mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak
dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti
terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang
dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978
: 26) menyimpulkan bahwa “masa
kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat
buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan
dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak
akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan
mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan
bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun
prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa
banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga
tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai
tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta
enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan
bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia
dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
B.
Hakikat
Matematika Usia Dini
Dalam pembelajaran
matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun,
bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan
pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun
keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1.
Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang
berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
mencacah, yaitu :
a.
Anak-anak perlu belajar mengetahui nama
bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
b.
Anak-anak harus belajar bahwa kita
mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau
tercacah lebih dari sekali.
c.
Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa
?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu bilangan : misalnya tiga, bukan satu,
dua, tiga.
d.
Banyaknya bilangan tetap sama, tidak
berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu
tersusun.
Cara terbaik mencacah benda adalah dengan
menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan memindahkannya. Kegiatan
mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang
sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap
benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).
2.
Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda,
suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam
pola, diantaranya :
a.
Pola Visual
Pola
visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual
biasanya terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
b.
Pola Auditori
Pola
auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan
dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan
suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
c.
Pola Physic
Pola
physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak
untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan
membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa
matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang
pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola
sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit
seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui
identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu),
mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
3.
Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda
merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak,
benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan
berbagai warna dan ukuran.
4.
Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh
anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada
akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
5.
Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran
tentang “Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan
berhitung. Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang
dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar
bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran
urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat
perbedaan antara angka dan bilangan. Angka diartikan sebagai simbul (5).
Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbul 5.
6.
Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan
suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika
dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi
seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (Circle time),
diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah
memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang
lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan menimbulkan rasa
percaya diri pada anak tersebut.
7.
Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan
memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini
anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi
pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur
adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas
mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8.
Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep
yang abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu
sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau
kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep
waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui
urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.
C.
Hakikat
Strategi Bermain di TK
1.
Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan
guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi
pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode
pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi
pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas
anak belajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus
menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1)
karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif,
aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk
mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan
estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun
kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan
pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau
bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5) karakteristik pola kegiatan
yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau
kreatif.
Semua kriteria ini memberikan implikasi
bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling tepat digunakan di
Taman Kanak-kanak
2.
Karakteristik Cara Belajar Anak
Anak belajar dengan cara yang berbeda
dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu antara lain
(1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun
pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling
baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional.
Bermain sebagai salah satu cara belajar
anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, suka rela,
ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori konstruktivisme mempunyai
pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak belajar dengan cara
membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan
peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan
pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan secara kondusif
akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa
yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar
bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.
3.
Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Umum di
Taman Kanak-kanak.
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran
umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak. Strategi pembelajaran tersebut
pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun, tidak berarti
peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat
memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum
tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, (2) mempersiapkan isyarat
lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik terbimbing, (6)
undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata,
(9) contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11)
menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan,
(14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi pembelajaran tersebut
dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,
sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
4.
Strategi Pembelajaran Khusus di Taman Kanak-kanak
Terdapat beberapa jenis strategi
pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak. Penerapan
strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan
strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan,
karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan
digunakan, dan pola kegiatan.
Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus
tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2) Penemuan Terbimbing, (3)
Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6) Demonstrasi, dan
(7) Pengajaran Langsung.
Di samping strategi pembelajaran di atas,
guru Taman Kanak-kanak dituntut untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran
lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
5.
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak pada hakikatnya memiliki potensi
untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada anak banyak
diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Anak adalah pembangun aktif pengetahuannya
sendiri. Mereka membangun pengetahuannya ketika berinteraksi dengan objek,
benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Yang melandasi pembelajaran yang berpusat
pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif merupakan proses dimana anak
usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati, meneliti, menyimak,
menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba dan membuat sesuatu
terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat
dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan apa yang ingin ia
kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh
indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, 5) Anak
mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot
kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya.
Prosedur Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak harus
direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang dilakukan adalah dengan
merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat mendukung perkembangan
dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu disediakan area-area yang
memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area- area tersebut meliputi:
1)
Area Pasir dan Air.
2)
Area Balok.
3)
Area Rumah dan Bermain Drama.
4)
Area Seni.
5)
Area agama.
6)
Area bahasa dan baca tulis.
7)
Area pertukangan atau kerja Kayu.
8)
Area musik dan gerak.
9)
Area masak.
10) Area
bermain di luar ruangan.
Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat
pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja dan tahap melaporkan
kembali.
Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Plan Do Review, merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak
diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai
dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan kembali
(Review).
Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1)
Tahap merencanakan (Planning Time).
Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana
dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.
2)
Tahap Bekerja (Work Time).
Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan
masalah. Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan.
3)
Tahap Review (Recall).
Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah
dilakukan anak pada tahap bekerja.
D.
Bermain
Stick Angka
1.
Pengertian bermain
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh
rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa
paksaan orang lain, yang harus diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu
aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk perkembangan
aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek
tertentu.
Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati,
memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta
didik dalambereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak
dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan sekitar.
Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati:2011), bermain
adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar
Menurut N. Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan
bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus
diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan
bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa ahli bermain adalah kegiatan yang
menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri
anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan
senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya. Bermain
mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih
siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
2.
Beberapa Ciri Bermain
a.
Menyenangkan
b.
Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada
interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di lakukannya kegiatan
bermain.
c.
Bersifat spontan
d.
Bermain berarti anak aktif melakukan
kegiatan
e.
Memiliki hubungan yang sistematis dengan
sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.
3.
Jenis Bermain
Jenis
bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai
berikut :
a.
Bermain aktif, seorang anak melakukan
sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang
dilakukan oleh anak itu sendiri.
b.
Bermain pasif adalah anak melakukan
kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan sumber rasa senangnya
diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4.
Manfaat Bermain
a.
Perkembangan fisik motorik
b.
Perkembangan kognitif dan bahasa
c.
Perkembangan sosial-emosional
5. Tahap
Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau
mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu
jenis kegiatan bermain lebih tinggi
tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a.
Jean
Piaget
Adapun
tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1) Permainan
Sersori Molorik (± ¾ bulan – ½ tahun)
Bermain
diambil pada periode perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan
yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya
merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau
mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya,lni
disebut reproductive assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2 – 7 tahun)
Merupakan
ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia2 – 7 tahun ditandai dengran
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya
dm menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka
ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar beranya, tidak
terlalu momperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak
akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi
benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan
lainlain. Bermain simbolik juga berfungsi utuk mengasimilasikan dan
mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi
anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3) Permainan
Sosial yang Memiliki Aturan (± 8 – 11 tahun)
Pada
usia 8 – 11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih
banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan
yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan
bermain lain ymg memiliki aturan adalah olahraga. Kegialan bemain ini menyenangkan
dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan
secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu
atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi
yang sebaik – baiknya.
Jika
dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa
bermain yang tadinya dilahirkan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan
untuk basil tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.
b.
Hurlock
Adapun
tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Tahapan
Penjelajahan (Exploratory stage)
Benda
kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda
disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah
dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang
diraihnya.
2) Tahapan
Mainan (Toy stage)
Tahap
ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya
hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah,
anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya
bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap
Bermain (Play stage)
Biasanya
terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan
semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan
berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan
oleh orang dewasa.
4) Tahap
Melamun (Daydream stage)
Tahap
ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang
berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.
Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau
merasa kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan
gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsi melibatkan peran aktif anak, memiliki
hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan
kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya serta
memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain
pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
6.
Stick
Angka
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang
berarti tongkat, batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk
hitungan dengan simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.
E.
Kerangka
Pikir
REFLEKSI
AWAL
|
Dengan strategi
yang monoton kemampuan berhitung anak tidak optimal.
|
|
Pemecahan
Masalah:
Bermain
Balok
|
Refleksi
|
Pengamatan
|
Pelaksanaan
Tindakan
|
Perencanaan
:
-
RPP
-
Media
-
Instrumen
|
Kemampuan
Berhitung Meningkat
|
F.
Hipotesis
Tindakan
Menggunakan
strategi bermain stick angka dapat
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik di TK Lestari Mulyo Desa
Kepohkencono Pucakwangi.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr
siswa menjadi meningkat.Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan
sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau
konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya.
B.
Tempat Dan Waktu Penelitian.
1.
Tempat Penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Lestari
Mulyo Desa Kepohkencono Pucakwangi Pati.
2.
Waktu Penelitian.
Adapun
penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2012 / 2013.
C. Subjek
Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah Lestari Mulyo Desa
Kepohkencono Pucakwangi Pati. TK ini mempunyai 4 kelas
yaitu TK A, B1, B2, B3. Kelompok B2 yang
terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Adapun orang tua
siswa mayoritas sebagai wiraswasta dengan persentasi 70% Pedagang, 25% Petani,
dan 5% Pegawai.
D. Fokus
Penelitian.
Fokus penelitian adalah pembelajaran meningkatkan
berhitung permulaan menggunakan strategi bermain stick angka.
E.
Perencanaan
Tindakan
Dalam kegiatan bidang pengembangan kognitif terutama
dalam hal berhitung anak mereka masih mengalami kesulitan dan kurang paham
dengan pembelajaran tersebut.
Kegiatan- kegiatan
tersebut adalah :
1. Membilang bilangan 1-10 dengan benar.
2. Menyanyikan bilangan 1-10 dengan konsep benda.
3. Mengurutkan angka untuk bilangan 1-10.
4. Penambahan dan pengurangan dengan permainan ikan.
Oleh karena itu sebagai
seorang pendidik penulis berusaha agar siswa dapat meningkatkan kemampuan
berhitungnya. Dalam mengadakan perbaikan penulis berdiskusi dengan teman
sejawat konsultasi dengan kepala sekolah, konsultasi dengan supervisor maupun
mencari buku-buku penunjang yang relevan. Penulis berfikir bagaimana mengatasi
permasalahan yang dialami anak dalam kegiatan berhitung ini. Kemudian penulis
menyusun rencana perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil yang
dicapai setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan penulis, maka akan
dilakukan perbaikan kembali pada siklus berikutnya.
F. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Peneliti bersama teman sejawat memulai perbaikan
pada siklus I yang terbagi menjadi dua RKH, yaitu
SIKLUS I
|
MATERI
|
RKH
1
|
1.
Membilang menggunakan stick angka 1-10.
2.
Bermain mengurutkan stick sesuai urutan angka 1-10.
|
RKH
2
|
1. Bermain penambahan
menggunakan stick angka 1-3.
2. Bermain pengurangan
menggunakan stick angka 1-3.
|
Setelah
siklus I terlaksana dan hasilnya belum sesuai target ketuntasan, maka peneliti
menyusun rencana perbaikan pada siklus II yang terbagi menjadi dua RKH dengan
materi sebagai berikut :
SIKLUS II
|
MATERI
|
RKH
1
|
1.
Membilang menggunakan stick angka 1-10.
2.
Bermain mengurutkan stick sesuai urutan angka 1-10.
|
RKH
2
|
1. Bermain penambahan
menggunakan stick angka 1-5.
2. Bermain pengurangan
menggunakan stick angka 1-5.
|
G.
Observasi
Dan Evaluasi
Dalam hal ini, selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung pengamat melakukan observasi sekalius mengevaluasi
terhadap aktivasi guru dan anak didik. Hal-hal yang perlu diamati dan
dievaluasi dalam setiap perbaikannya nampak pada tabel berikut :
Siklus
|
Guru
|
Anak didik
|
I
|
1.
Penguasaan
materi.
2.
Pemanfaatan
alat permainan.
|
1.
Keaktifan
anak.
2.
Kemampuan
anak dalam membilang dan mengurutkan stick angka.
|
II
|
1.
Penguasaan
materi.
2.
Pemanfaatan
alat permainan.
|
1.
Keaktifan
anak.
2.
Kemampuan
anak dalam menambah dan mengurangi stick angka.
|
H. Refleksi
Berdasarkan hasil
pengamatan atau teman sejawat maupun peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai
berikut:
1.
SIKLUS I
Dalam bermain stick angka anak mampu membilang dan mengurutkan stick angka walaupun belum maksimal
2.
SIKLUS II
Bermain stick angka anak merasa senang dan antusias sehingga anak dapat belajar
penambahan dan pengurangan dengan benar.
I. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data
yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas.
a.
Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap perilaku guru dan anak.
Tujuannya
adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk mengembangkan
pemahaman tentang kognitif ( berhitung )
secara kompleks yang dimiliki anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.
No
|
Observasi
|
SB
|
B
|
S
|
K
|
|
Guru
|
|
|
|
|
1
|
Kesiapan guru
|
|
|
|
|
2
|
Membuat RKH
|
|
|
|
|
3
|
Alat atau sarana prasarana
|
|
|
|
|
4
|
Mempersiapkan kelas sesuai dengan
tema dan kegiatan yang dilakukan
|
|
|
|
|
5
|
Penguasaan materi
|
|
|
|
|
|
Siswa
|
|
|
|
|
1
|
Prilaku siswa
|
|
|
|
|
2
|
Kreatifitas siswa
|
|
|
|
|
3
|
Hasil belajar siswa
|
|
|
|
|
Keterangan:
SB : Sangan baik S :
Sedang.
B : Baik. K : Kurang.
b.
Penugasan atau pemberian tugas
Suatu
penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dapat dilakukan secara
kelompok atau individu.
Tujuannya
ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima
materi.
Tabel
3.2 Indikator Dalam Tahapan Siklus.
No
|
Tahapan
|
Peralatan
|
1
|
Menghitung stick angka dari 1 - 10 dengan benar
|
Bentuk stick
|
2
|
Menyanyikan bilangan 1 – 10 dengan konsep benda
|
Macam Gambar yang ditempelkan pada
ujung stick.
|
3
|
Mengurutkan angka yang ada
pada stick untuk bilangan 1 – 10
|
Stick dari es krim yang ada angkanya.
|
4
|
Penambahan dan pengurangan dengan bermain
stick angka.
|
Permainan stick angka
|
J. Alat
Pengumpulan Data
Penulis melakukan musyawarah atau
diskusi dengan teman sejawat, maka
setelah melaksanakan observasi dan
pemberian tugas. Peneliti atau pengamat menganalisa dengan memakai format atau
lembar tugas, dimana pengamat tinggal memberikan tanda check list (√) pada tempat yang disediakan dan sedikit
memberi komentar atau saran perubahan tingkah laku anak dalam pembelajaran
berhitung.
Dalam hal ini selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap aktifitas
guru dan siswa. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1.
Persiapan sarana.
2.
Penguasaan materi.
3.
Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga.
4.
Keaktifan siswa dalam melakukan
kegiatan.
5.
Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan
diskusi.
Selama proses belajar mengajar
pengamat melakukan observasi terhadap perubahan tingkah laku siswa. Beberapa
tingkah laku siswa yang diamati antara lain:
1.
Siswa tidak memperhatikan penjelasan
guru.
2.
Siswa mengganggu teman.
3.
Siswa ada yang bermain sendiri.
4.
Siswa tidak aktif dalam demonstrasi.
5.
Siswa tidak tertarik dengan kegiatan
yang disajikan guru.
6.
Siswa yang kurang faham, tidak mau bertanya.
Maka pengamatan tentang perubahan
tingkah laku dilaksanakan setiap siklus agar mengetahui setiap perubahan dan
dapat mengambil kesimpulan mana yang harus dilakukan, metode apa yang paling
tepat dan mana sarana yang masih harus dilengkapi.
I.
Indikator
Kinerja
Kegiatan pembelajaran
balok pada anak usia dini termasuk dalam aspek kognitif. Menurut Mulyasa (2002:
99) keberhasilan kelas untuk aspek kognitif dapat dilihat dari hasil tes, jika
hasil belajar siswa mencapai 65% secara individu dan 85% secara klasikal.
IV. JADWAL KEGIATAN
No
|
Kegiatan
|
Minggu Ke:
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|||
1
|
PERSIAPAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menyusun konsep perencaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Menyusun Instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
2
|
PELAKSANAAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Melakukan Tindakan Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Melakukan Tindakan Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Melakukan Tindakan Siklus III,dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
3
|
PENYUSUNAN LAPORAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menyusun konsep laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Penyempurnaan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
V.
SISTEMATIKA
SKRIPSI
Halaman
Sampul
Abstrak
Halaman
Persetujuan
Halaman
Pengesahan
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Daftar
Gambar
Daftar
Tabel
Daftar
Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah Dan Pemecahan Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Hipotesis
Tindakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Teori
B. Penelitian
Terdahulu
C. Indikator
Kinerja
D. Hipotesis
Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian
B. Latar
Penelitian
C. Perencanaan
Tindakan
D. Pelaksanaan
Tindakan
E. Observasi
Dan Evaluasi
F. Refleksi
G. Teknik
Pegumpulan Data
H. Teknik
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Latar Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock B. Elisabeth.
1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sari, Yulvia. 2001. Strategi pengembangan matematika anak usia
dini. Semarang : IKIP Veteran Press
Mujib, Fathul dan
Nailur Rahmawati. 2011. Metode
Permainan-Permainan Edukatif Dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva
Press
Departemen Pendidikan
Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and Cirles Time”
(BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini.
Hurloock, E.B.,1999. Perkembangan Anak Julid 1 (edisi 6).
Penerbit Erlangga: Jakarta.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman
Kanak- Kanak.Jakarta:Departement
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan
Kognitif.Jakarta
: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Semoga bermanfaat. Apabila ada kekurangan, kritikan dan komentar yang positif kami menunggu dengan senang hati.
bunda aq ijin utk share proposalnya ya....
BalasHapusok, maaf jika ada banyak kekurangannya
BalasHapusBUnda ijin lihat teorinya ya,, terima kasihh
BalasHapusbunda izin kopas teori berhitungnya
BalasHapusbunda izin kopas proposalnya ya,,mkch
BalasHapusijin copas ya ,,bund,thanks
BalasHapusijin copas Bu, mksih
BalasHapusIjin Copas ya bu......
BalasHapusThanks
Bunda, mohon perkenannya ya.. proposalnya saya copas. jazakumullahu khoiron katsiiron.
BalasHapusbun makasih ya bwt proposalnya.. aku ijin ngopy bwt bhan refesensi...
BalasHapusbunda bisa ga minta tolong kirimin aku contoh proposal dan skripripsi di email aku... maaf sebelumnya ngeropotin.... feris990@gmail.com
BalasHapusAssalamualaikum..,izin copas ya bunda.trimakasih
BalasHapusMaaf Bunda izin copas ya . syukron
BalasHapusijin copas ya bunda...mksih
BalasHapusikut ngopy ya bunda,..dan maju terusssss
BalasHapusIzin copas bunda, makasih....
BalasHapusBunda mhon ijin proposalnya saya copas. jazakumullahu khoiron katsiiro
BalasHapusTerima kasih untuk share nya...
BalasHapusAyo dapatkan buku Berhitung dan Menulis Angka hanya di :
http://www.honbookstore.com/2017/02/berhitung-dan-menulis-angka.html
Ijin copas y bunda
BalasHapusIjin copas y bunda
BalasHapusbunda maaf saya izin copas yaa proposalnya.
BalasHapussyukron katsiron :)
ijin copas bunda...
BalasHapusIjin copas bunda....
BalasHapusijin copas yaaa
BalasHapusIjin ambil sedikit untuk bahan skripsi saya 😊
BalasHapusIzin Copas untuk tambahan bahan PTK sy ya Ibu..
BalasHapusTerima Kasih
izin copas bunda untuk bahan uas saya, terimakasih
BalasHapusijin copas ya bunda
BalasHapusijin copas ya bunda
BalasHapusijin copas ya bunda
BalasHapusijin copas ya bunda
BalasHapusIzin copas ya bu
BalasHapusIzin copas proposal nya ya kak 🙏, makasih 🙂
BalasHapusAssalamualaikum bunda, izin copy Proposalnya bunda buat refrensi bunda. Terima kasih bunda
BalasHapusmohon izin copaz teorinya njih Bund
BalasHapus